Puisi: Memikul Gelisah Kiriman (Karya Pudwianto Arisanto)

Puisi: Memikul Gelisah Kiriman Karya: Pudwianto Arisanto
Memikul Gelisah Kiriman


di pedalam embun meleleh udara kotor
dan rambu-rambu lalu lintas kacau, puluhan
kata habis greget dalam gagang telepon.
lalu mendekat pensiunku memikul gelisah kiriman,
dan dibentak klakson mercy yang mengikatnya
dan keluar bacaan tuyul lembar demi lembar,
mengebiri fantasiku. sungguh, lucunya aku
menyeret tangan-tangan besi ke sangkar itu
di dalam pelototan daktarin yung waah ...!

pelangi menunggu mimpiku di tengah puing
puing lelaki yang lunglai dibakar cuaca
metropolis serupa libidomu meniup surat
dahaga kita, dan: berkali-kali muncrat,
sampai pulpen itu menghapus keraguan ke
kasih dan saudara-saudara mantap disambut
kalung bunga atau cerita rekananku kau
wariskan hadisi tuyul, dan bersama kokok
memasuki ritus upacara kasodo, aneh; siapa
mendengar bacaan tuyul lembar per lembar
nonstop merestui gelinjang permasalahan ini


Jakarta, 9/2/1991

Puisi: Memikul Gelisah Kiriman
Puisi: Memikul Gelisah Kiriman
Karya: Pudwianto Arisanto

Catatan:
  • Pudwianto Arisanto adalah penyair kelahiran Pasuruan.
  • Pudwianto Arisanto lahir pada tanggal 25 Juni 1955.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Merdekadi tubuh berpeluhpekerja kasardi lipatan baju kumalkucari kata merdeka di rumah tepi kalirumah-rumah liarditinggal kerna banjirdi atap tersisa:    kucari kata…
  • Syair Mata Bayi Aku merindukan mata bayi setelah aku dikhianati mata durjana. Aku merindukan matahari karena aku dikerumuni mata gelap. Aku merindukan mata angin ka…
  • Aku Tinju menghantam. Belati menikam. Seluruh dunia bareng menyerang, menerkam. Aku bertahan. Karena diriku Dalam badai, gunung membatu. Lengang sebatang pinang …
  • Terkenang Topeng Cirebon Di atas gunung batu manusia membangun tugu Kota yang gelisah mencari, Seoul yang baru, perkasa Dengan etalase kaca, lampu-lampu ber…
  • Membacaaku membaca lautingin kuselami kedalamannyaaku membaca bumikuingin tahu bara di tubuhnyaaku membaca mataharisejauh mana cahaya panasnyaaku membaca gunungsediam apa apinyaaku…
  • Elegi Alam gerimis mengantar senja ke dalam malam kini aku beralih membaca isyarat wajah alam aku tak kuasa menyaksikan gemuruh situasi sejuta saudara seiman berduyung di jal…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.