Puisi: Desember (Karya Karsono H. Saputra)

Puisi "Desember" karya Karsono H. Saputra menghadirkan gambaran perubahan dan kekosongan dalam pengalaman spiritual. Pemilihan kata yang cermat ...
Desember

aku datang lagi, kali ini
tetapi tak kurasakan getar di nadi-nadi darah
    karena altar berubah menjadi pentas datar
dentang lonceng sekedar penanda sekuen
pendar lilin bukan lagi terang kasih yang menyelinap
    di keresahan jiwa lelah termakan dunia dan
    keinginan
firman seperti tak lagi membasuh kepenatan

kucoba menyeruak di antara amsal dan mazmur,
                                    sendirian
sendiri!
sementara suara di sekeliling seperti kumbang
        mendengung tanpa roh dan tanpa makna
masihkah aku harus datang lagi, lain kali?

Sumber: Purnama Menyentuh Stupa (2004)

Analisis Puisi:
Puisi "Desember" karya Karsono H. Saputra membawa pembaca ke dalam perenungan yang dalam tentang kehadiran, perubahan, dan kekosongan spiritual. Melalui imaji dan gaya bahasa yang kuat, puisi ini menggambarkan transformasi dari keintiman spiritual menjadi pengalaman yang datar dan kehilangan makna.

Perubahan dalam Kehadiran dan Ritual Spiritual: Bait pertama menggambarkan perubahan dalam kehadiran dan ritual spiritual. Pemilihan kata "altar berubah menjadi pentas datar" menyiratkan kehilangan ruang sakral dan keintiman spiritual. Getaran di nadi-nadi darah yang tak terasa menunjukkan kehilangan koneksi emosional dengan ritual keagamaan.

Perubahan Simbolis Melalui Dentang Lonceng dan Pendar Lilin: Simbolisme dentang lonceng sebagai "penanda sekuen" menciptakan gambaran kesunyian dan kekosongan ritual. Pendar lilin yang dulunya "terang kasih yang menyelinap" kini tidak lagi memiliki daya magisnya, menggambarkan penurunan makna dan keintiman dalam agama.

Pertanyaan Kepada Firman dan Pencarian Spiritual Sendirian: Penyair mencoba mencari makna dan koneksi spiritual melalui "amsal dan mazmur." Namun, keberadaannya tampak sendirian dan merenung, menciptakan nuansa kesepian dan kekosongan spiritual. Firman yang seharusnya memberikan kekuatan tampaknya tak lagi mampu memberikan penghiburan atau membawa kelegaan.

Suara Kumbang Tanpa Roh dan Makna: Gaya bahasa "suara di sekeliling seperti kumbang mendengung tanpa roh dan tanpa makna" memberikan gambaran kebingungan dan kekosongan dalam lingkungan spiritual. Suara yang seharusnya memenuhi ruang dengan kehadiran rohaniah, kini menjadi tanpa makna dan tanpa kehidupan.

Rasa Kepenatan dan Pertanyaan akan Keharusan Kembali: Penutup puisi menciptakan nuansa kepenatan spiritual dan pertanyaan yang sangat pribadi. Pertanyaan retoris "masihkah aku harus datang lagi, lain kali?" mencerminkan kebingungan dan kekecewaan akan perubahan dalam pengalaman spiritual. Puisi ini mengeksplorasi rasa frustasi dan keraguan akan nilai dan makna kehidupan rohaniah.

Puisi "Desember" karya Karsono H. Saputra menghadirkan gambaran perubahan dan kekosongan dalam pengalaman spiritual. Pemilihan kata yang cermat dan simbolisme yang kuat menciptakan atmosfer kehilangan, kesepian, dan kepenatan rohaniah. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang dinamika perubahan dalam kehidupan spiritual dan mencari makna yang mungkin hilang di sepanjang perjalanan tersebut.

Puisi: Desember
Puisi: Desember
Karya: Karsono H. Saputra
© Sepenuhnya. All rights reserved.