Puisi: Upacara XXXVII (Karya Umbu Landu Paranggi)

Puisi "Upacara XXXVII" karya Umbu Landu Paranggi mencerminkan eksplorasi spiritual dan filosofi hidup melalui penggunaan bahasa yang kaya dan ...
Upacara XXXVII

lepaslah rahasia sebagai rahasia percakapan sunyi
lelehan debu
      tegalan kalbu
           rayau waluku
(jam-jam pasir di waktu air
dipukul airwaktu pasir
       nyawa kembara
            di pohon raya
                 menala rindu
                      berkalam batu…)
peganglah rahasia sebagai rahasia percintaan sunyi
sedekah sesaji bumi
         dewi sri sepasang musim
                bimasakti seruling jisim
                      semantra setungku mentari
(tuak-tuak waktu di jam sajak
di pukul sajak waktu tuak:
                                                ombak mencapai pantai
                                 gamelan sudah mulai
                    tanah lot bergelora
        pura besakih purnama…)
dari kabut fajar sanur hingga megah senja kuta
bermalam siang tabuh gunung meru merasuki jiwa
di lambung lumbung lambang kedewatan balidwipa
berbanjar peri candi melontar genta yang purba
di luar teratai
       di dalam semadi
           di luar kepala
                di dalam semesta:
                                 langit ilmu manusiawi
                masuk ke luar kamus sukmaku
       bumi teknologi rohani
raung hutan hantu di lubuk tuhanku
      samudera galaksi pribadi
           membajak-bajak rawapaya payahku
                                rahasia seni puisi
           bermuka-muka fanabakaku
(…beruas-ruas bambu tuak
      tuang tuang tualang gelegak
          bergaung parang perang tenggak ke puncak
                menatah patahkata sajak
           di luar kepala
        di dalam semesta
     di luar teratai
di dalam semadi….)

Kedewatan, Agustus-Desember 1982

Sumber: Tonggak 3 (1987)

Analisis Puisi:

Puisi "Upacara XXXVII" karya Umbu Landu Paranggi adalah sebuah karya yang sarat dengan simbolisme dan metafora yang mendalam, menciptakan suasana mistis dan reflektif. Puisi ini mencerminkan eksplorasi spiritual dan filosofi hidup melalui penggunaan bahasa yang kaya dan berlapis.

Tema Utama: Rahasia dan Spiritualitas

Tema utama dari puisi ini adalah rahasia dan spiritualitas yang tersembunyi dalam kehidupan dan alam semesta. Umbu Landu Paranggi mengajak pembaca untuk memahami dan merenungkan rahasia kehidupan melalui metafora dan simbol yang dalam, menciptakan sebuah perjalanan spiritual yang penuh makna.

Struktur dan Gaya Bahasa

Puisi ini menggunakan gaya bahasa yang khas dengan banyak enjambemen dan repetisi. Struktur puisi yang bebas mencerminkan kebebasan dalam berpikir dan merasakan, sejalan dengan tema spiritualitas yang tidak terikat oleh batasan-batasan fisik atau material. Penggunaan bahasa yang metaforis dan simbolis menciptakan lapisan makna yang kompleks dan memerlukan pembacaan yang mendalam untuk mengungkapkan pesan yang tersembunyi.

Simbolisme

  1. Rahasia sebagai Percakapan Sunyi dan Percintaan Sunyi: Puisi dimulai dengan frasa "lepaslah rahasia sebagai rahasia percakapan sunyi" dan "peganglah rahasia sebagai rahasia percintaan sunyi," yang menunjukkan bahwa rahasia yang dibicarakan bukanlah sesuatu yang dapat diungkapkan dengan kata-kata biasa, tetapi harus dirasakan dan dipahami melalui keheningan dan kedalaman perasaan.
  2. Alam dan Elemen Kehidupan: Simbolisme alam sangat kuat dalam puisi ini. Frasa seperti "lelehan debu," "tegalan kalbu," "rayau waluku," dan "jam-jam pasir di waktu air" menciptakan gambaran tentang elemen-elemen alam yang melambangkan perjalanan waktu dan kehidupan manusia. Alam digambarkan sebagai cermin dari kondisi spiritual dan emosional manusia.
  3. Dewi Sri dan Bimasakti: Dewi Sri, dewi kesuburan dalam mitologi Bali, dan Bimasakti, atau Galaksi Milky Way, digunakan sebagai simbol spiritualitas dan keabadian. Mereka mewakili siklus kehidupan, kematian, dan kelahiran kembali yang terus berulang.
  4. Gamelan dan Pura Besakih: Simbol budaya Bali seperti gamelan dan Pura Besakih menekankan aspek ritual dan upacara dalam kehidupan spiritual. Mereka menggambarkan bagaimana budaya dan tradisi memainkan peran penting dalam perjalanan spiritual dan pemahaman tentang rahasia alam semesta.

Pengulangan dan Ritme

Pengulangan frasa seperti "di luar teratai, di dalam semadi" dan "di luar kepala, di dalam semesta" menciptakan ritme yang meditatif, mengundang pembaca untuk merenung dan mendalami makna yang lebih dalam. Ritme ini juga menciptakan suasana yang kontemplatif, mengajak pembaca untuk mengalami ketenangan dan keheningan yang diperlukan untuk memahami rahasia kehidupan.

Makna Mendalam

Puisi ini mengajak pembaca untuk melihat ke dalam diri mereka sendiri dan menemukan rahasia kehidupan yang tersembunyi di balik permukaan. Rahasia ini tidak dapat ditemukan melalui pemahaman rasional atau material, tetapi melalui perenungan spiritual dan introspeksi mendalam. Melalui simbolisme alam, budaya, dan ritme yang meditatif, Umbu Landu Paranggi menyampaikan pesan tentang pentingnya mencari makna yang lebih dalam dalam hidup dan menghargai keindahan dan misteri yang ada di sekitar kita.

Puisi "Upacara XXXVII" karya Umbu Landu Paranggi adalah puisi yang mengajak pembaca untuk merenungkan dan memahami rahasia kehidupan melalui simbolisme dan metafora yang mendalam. Dengan gaya bahasa yang kaya dan berlapis, puisi ini menciptakan sebuah perjalanan spiritual yang penuh makna, mengajak kita untuk melihat ke dalam diri kita sendiri dan menemukan keindahan dan misteri yang ada di dalam dan di sekitar kita.

Umbu Landu Paranggi dan Emha Ainun Nadjib
Puisi: Upacara XXXVII
Karya: Umbu Landu Paranggi

Biodata Umbu Landu Paranggi:
  • Umbu Landu Paranggi lahir pada tanggal 10 Agustus 1943 di Kananggar, Paberiwai, Sumba Timur.
  • Umbu Landu Paranggi meninggal dunia pada tanggal 6 April 2021, pukul 03.55 WITA, di RS Bali Mandara.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Puisi Kemerdekaan Kemerdekaan adalah nasi, Dimakan jadi tai. Agustus, 1982Sumber: Aku Masih Utuh dan Kata-Kata Belum Binasa (2017)Analisis Puisi:Puisi "Keme…
  • Tangis DarahLagu mengalunMenjengkal belantaraSukma. KekasihKukayuh rindu dalam pejamKepadamuSebuah lagu mengalunMenyapu padangNurani. KekasihKutempuh keluasan putihHatimuIni laguku…
  • Bahtera Arwah in memoriam mendiang Mas Giman Kartoikromo wafat pada usia 107 tahun Sungguh Aku tak mengerti Apakah di Sorga Arwah juga bisa Merintih tinggi Men…
  • Sajak Cintakekasih,kupilih sebuah granatuntuk cinta kasihyang sejatilogam yang hitam dan dingin ini,berkotak-kotak lewat gurat garitkusaksikan jutaan bunga apidi langit, dalam guru…
  • PraharaPrahara bermula dari laut dosa telaga purbamencoretkan dendam demi dendam manusiadi dinding-dinding laut terbukamengunyah darah dagingnyaSepi berderitmengayuh perahu-perahu …
  • Orang BercerminTelah sampai waktumusim terhenti pada daun jatuhAku berlaut rupa berCermin Cerminsedalam daging narsisuswajah terkubur - kaca membilang bilang rupa:Aku berlaut dalam…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.