Sumber: Mimbar Indonesia (Februari/Maret, 1964)
Analisis Puisi:
Puisi "Surat dari Bunda" karya Djawastin Hasugian adalah sebuah karya yang menggambarkan hubungan emosional antara seorang ibu dan anaknya yang merantau. Dengan latar belakang pedesaan yang kaya dengan kegiatan agraris, puisi ini menyentuh tema kerinduan, kebanggaan, dan harapan akan masa depan.
Tema Sentral
Tema utama dalam puisi ini adalah hubungan keluarga, terutama ikatan antara ibu dan anak, serta kerinduan akan kampung halaman. Puisi ini juga menggambarkan kerja keras di ladang, harapan untuk masa depan yang lebih baik, dan kebanggaan atas hasil panen.
Imaji dan Penggunaan Bahasa
Penyair menggunakan imaji yang sangat kuat untuk menggambarkan kehidupan di pedesaan dan hubungan emosional antar anggota keluarga. Frasa seperti "anak gunung ini di pantai / atau lagi melayari laut tak menepi" dan "padi runduk tunduk / musim kemarau butiran masak" menciptakan gambaran yang hidup tentang lingkungan dan suasana pedesaan. Bahasa yang digunakan sederhana namun penuh makna, menciptakan narasi yang kuat dan menyentuh.
Struktur dan Nada
Puisi ini terdiri dari dua belas bait yang menggambarkan berbagai aspek kehidupan di desa dan perasaan yang dirasakan oleh ibu yang menulis surat kepada anaknya. Nada puisi ini adalah nada keibuan yang penuh kasih sayang, kerinduan, dan kebanggaan. Ini terlihat dalam penggunaan kata-kata seperti "inang seharian di ladang / senang hati melihat padi" dan "alangkah gembira hatinya kalau / siani melihat hasil kita".
Pesan Sosial dan Kemanusiaan
Puisi ini juga membawa pesan sosial yang kuat tentang pentingnya kerja keras dan dedikasi dalam kehidupan agraris. Penyair menggambarkan bagaimana hasil panen di desa penting bagi kehidupan kota, namun orang-orang desa hanya membutuhkan alat sederhana seperti cangkul dan kain hitam untuk bekerja di tahun berikutnya. Ini mencerminkan ketangguhan dan kesederhanaan hidup di pedesaan.
Kerinduan dan Harapan
Kerinduan sang ibu terhadap anaknya yang merantau tercermin dalam banyak bait puisi ini. Ia mengekspresikan harapannya agar anaknya berhasil dalam perjalanan dan membawa kembali ilmu yang berguna untuk kampung halamannya. Harapan ini terlihat dalam baris "anakku bukan kerinduan benar panggilmu pulang / hanya kalau pantai telah kau susuri / pulau dan laut kau jelajahi / butiran ilmu telah kau dapati".
Puisi "Surat dari Bunda" karya Djawastin Hasugian adalah sebuah karya yang menggambarkan hubungan emosional yang dalam antara ibu dan anaknya. Dengan imaji yang kuat, bahasa yang sederhana namun penuh makna, dan nada keibuan yang penuh kasih sayang, puisi ini menyampaikan pesan tentang kerinduan, kebanggaan, dan harapan. Puisi ini juga mencerminkan ketangguhan dan kesederhanaan hidup di pedesaan serta pentingnya kerja keras dan dedikasi dalam mencapai kehidupan yang lebih baik. Dengan demikian, "Surat dari Bunda" adalah sebuah karya yang menyentuh hati dan mengajak pembaca untuk merenungkan nilai-nilai keluarga, kerja keras, dan harapan akan masa depan.
Puisi: Surat dari Bunda
Karya: Djawastin Hasugian
Biodata Djawastin Hasugian:
- Djawastin Hasugian lahir di Sigalapang-Pakkat, Tapanuli Utara, Sumatera Utara, pada tahun 1943.