Puisi: Sedikit Ingatan Meletup (Karya Pudwianto Arisanto)

Puisi "Sedikit Ingatan Meletup" karya Pudwianto Arisanto menggambarkan tentang keputusasaan, kehancuran, dan perasaan yang dalam.
Sedikit Ingatan Meletup


daku sosok bisu, kaku
lelah lunglai dan putus asa
sedikit ingatan meletup

hati pecah patah
luka merasuk perih
ruas rusuk remuk
melepuh dalam kejang

jiwa raga rusak
darah merah darah putih busuk
seluruh seringkuk dalam batin

ulu hati mabok
lama menancap menarap
jor-joran rabuk haram
dan inti gelap gulita ambruk

tangis meletus dalam
terasa berat mencuat jauh
semua tak juga tembus

bendera abadi robek
ritual pemakaman hangus
jati diri dalam kelam amalan


Jakarta, 1/12/2007

Analisis Puisi:
Puisi "Sedikit Ingatan Meletup" karya Pudwianto Arisanto adalah karya sastra yang penuh dengan gambaran yang kuat tentang keputusasaan, kehancuran, dan perasaan yang dalam. Puisi ini mengeksplorasi tema-tema seperti ketidakberdayaan, luka batin, dan pencarian makna dalam pengalaman manusia.

Kesunyian dan Keputusasaan: Puisi ini dibuka dengan gambaran tentang penulis sebagai "sosok bisu, kaku" yang merasa "lelah lunglai dan putus asa." Ini menciptakan suasana awal yang sangat suram dan penuh dengan kesunyian emosional. Penggunaan kata "kaku" dan "bisu" menggambarkan ketidakmampuan untuk mengungkapkan perasaan, yang meningkatkan perasaan keputusasaan.

Perasaan Fisik yang Hancur: Penulis menjelaskan luka batinnya dengan gambaran fisik yang kuat, seperti "hati pecah patah," "ruas rusuk remuk," dan "melepuh dalam kejang." Ini menciptakan gambaran perasaan yang sangat intens dan nyata. Puisi ini menggambarkan betapa perasaan bisa merusak tubuh dan jiwa seseorang secara fisik.

Gambaran Kehancuran: Puisi ini menggambarkan perasaan kehancuran yang luas dalam kata-kata seperti "darah merah darah putih busuk" dan "ulu hati mabok." Ini menciptakan kesan bahwa penulis merasa hancur dan terpengaruh oleh berbagai masalah dalam hidupnya, termasuk mungkin penggunaan zat-zat terlarang.

Keputusasaan Spiritual: Penulis juga menciptakan gambaran keputusasaan spiritual dengan kata-kata seperti "ritual pemakaman hangus" dan "jati diri dalam kelam amalan." Ini mengisyaratkan bahwa penulis merasa kehilangan arah dan makna dalam hidupnya, dan merenungkan keruntuhan nilai-nilai dan keyakinan yang mungkin dia miliki.

Ketidakmampuan Ungkapkan Perasaan: Puisi ini ditutup dengan gambaran tentang tangisan yang meletus tapi "semua tak juga tembus." Ini menciptakan kesan bahwa meskipun penulis merasa sangat terluka dan terputus, dia mungkin tidak mampu untuk sepenuhnya mengungkapkan perasaannya atau mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang apa yang dia alami.

Secara keseluruhan, puisi "Sedikit Ingatan Meletup" menggambarkan perasaan yang sangat intens dan hancur, menciptakan gambaran keputusasaan, kebingungan, dan kehilangan dalam kehidupan. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan pengalaman emosional yang mendalam dan kompleks yang dapat dialami seseorang, serta pencarian makna dan pemulihan dalam kondisi yang sangat sulit.

Puisi: Sedikit Ingatan Meletup
Puisi: Sedikit Ingatan Meletup
Karya: Pudwianto Arisanto

Catatan:
  • Pudwianto Arisanto adalah penyair kelahiran Pasuruan.
  • Pudwianto Arisanto lahir pada tanggal 25 Juni 1955.
© Sepenuhnya. All rights reserved.