Puisi: Sajak Kecil (Karya Umbu Landu Paranggi)

Puisi "Sajak Kecil" karya Umbu Landu Paranggi mengingatkan kita bahwa kehidupan adalah perjalanan yang penuh dengan ketidakpastian, di mana ...
Sajak Kecil

(1)

dengan mencintai
puisi-puisi ini
sukma dari sukmaku
terbukalah medan laga
sekaligus kubu
hidup takkan pernah aman
kapan dan di mana pun
selamanya terancam bahaya
dan kebenaran sunyi itu
penawar duka bersahaja
selalu risau mengembara
mustahil seperti misteri
bayang-bayang rahasia
bayang-bayang bersilangan
bayang lintas bayang
pelintasanku

(2)

dengan mempercayai
kata kata kata
yang kutulis ini
jiwa dari jiwaku
jadilah raja diraja
sekaligus budak belian
sebuah kerajaan
purbani
lebih dari nafasku
bernama senantiasa
nasibmu
umbu landu paranggi

Sumber: Tonggak 3 (1987)

Analisis Puisi:


Puisi "Sajak Kecil" karya Umbu Landu Paranggi adalah karya yang memuat refleksi mendalam tentang eksistensi manusia, perjuangan hidup, dan kepercayaan pada kata-kata. Dalam puisi ini, Umbu mengekspresikan hubungan antara jiwa manusia, puisi, dan kebenaran yang sering kali tersembunyi di balik bayang-bayang. Melalui struktur yang sederhana namun kaya makna, Umbu mengajak pembaca untuk merenungi berbagai aspek kehidupan, yang dihadirkan melalui permainan kata dan simbolisme yang kuat.

Bagian Pertama: Puisi Sebagai Medan Laga dan Kubu Pertahanan

Bagian pertama dari "Sajak Kecil" menekankan peran puisi dalam kehidupan manusia. Bagi Umbu, puisi bukan sekadar rangkaian kata-kata indah, melainkan representasi dari "sukma dari sukmaku." Puisi menjadi medan laga, sebuah tempat di mana pertempuran batin dan konflik internal terjadi. Ia juga menjadi kubu, sebuah pertahanan yang melindungi seseorang dari bahaya yang terus mengancam.

"hidup takkan pernah aman / kapan dan di mana pun / selamanya terancam bahaya"

Tiga baris ini mengandung pengakuan bahwa kehidupan selalu berada dalam bahaya, tanpa jaminan keselamatan yang pasti. Kebenaran, yang digambarkan sebagai "sunyi," adalah sesuatu yang tersembunyi dan hanya dapat ditemukan melalui perjuangan batin. Umbu menyoroti ketidakpastian dan ketidaknyamanan yang menyertai pencarian kebenaran, serta kesadaran bahwa kebenaran itu sendiri sering kali misterius dan sulit dipahami.

"mustahil seperti misteri / bayang-bayang rahasia / bayang-bayang bersilangan / bayang lintas bayang"

Frasa "bayang lintas bayang" menggambarkan kerumitan dan kekaburan kebenaran yang sering kali terhalang oleh berbagai lapisan persepsi. Dalam konteks ini, puisi menjadi alat yang memungkinkan seseorang untuk menyibak lapisan-lapisan tersebut, meskipun hasilnya mungkin tidak selalu memuaskan atau jelas.

Bagian Kedua: Kepercayaan pada Kata dan Kuasa Jiwa

Pada bagian kedua, Umbu memperdalam refleksinya dengan menyoroti kekuatan kata-kata. Ia menyatakan bahwa dengan "mempercayai kata kata kata," seseorang dapat menemukan jiwanya dan mencapai kedudukan yang lebih tinggi. Kata-kata yang ditulisnya menjadi representasi dari "jiwa dari jiwaku," menegaskan bahwa setiap kata yang diucapkan atau ditulis memiliki dampak yang mendalam pada eksistensi seseorang.

"jadilah raja diraja / sekaligus budak belian"

Kontradiksi ini menyoroti dualitas dalam kehidupan manusia. Di satu sisi, kata-kata dapat memberi kekuasaan, membuat seseorang merasa seperti "raja diraja," tetapi di sisi lain, kata-kata juga dapat memperbudak, mengekang individu dalam sebuah kerajaan yang tidak nyata. Ini mencerminkan bagaimana manusia terkadang terjebak dalam ciptaan mereka sendiri, baik itu berupa ide, keyakinan, atau kata-kata.

"sebuah kerajaan / purbani / lebih dari nafasku / bernama senantiasa / nasibmu"

Kerajaan purbani ini melampaui nafas kehidupan itu sendiri, menggambarkan bagaimana kata-kata dan ide-ide bisa menjadi kekal dan berpengaruh lebih dari sekadar kehidupan fana. Nama yang diabadikan oleh kata-kata tersebut menjadi bagian dari nasib yang akan selalu melekat pada seseorang, menciptakan sebuah identitas yang akan dikenang bahkan setelah orang itu tiada.

Simbolisme dan Refleksi Eksistensial

Puisi "Sajak Kecil" adalah puisi yang sarat dengan simbolisme, memperlihatkan kedalaman pemikiran Umbu Landu Paranggi tentang kehidupan, eksistensi, dan peran puisi. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan makna hidup, tantangan yang dihadapi dalam pencarian kebenaran, serta bagaimana kata-kata bisa menjadi alat yang sangat kuat dalam membentuk identitas dan takdir seseorang.

Bayang-bayang yang bersilangan dalam puisi ini bisa dimaknai sebagai berbagai aspek kehidupan yang saling bertabrakan, menciptakan ketidakpastian dan keraguan. Namun, di balik semua itu, Umbu menunjukkan bahwa puisi dan kata-kata memiliki potensi untuk menembus keraguan tersebut, meskipun hasil akhirnya mungkin tidak selalu jelas atau pasti.

Sajak Kecil sebagai Cermin Kehidupan

Puisi "Sajak Kecil" karya Umbu Landu Paranggi adalah cermin yang memantulkan kompleksitas kehidupan manusia. Melalui puisi ini, Umbu mengingatkan kita bahwa kehidupan adalah perjalanan yang penuh dengan ketidakpastian, di mana kebenaran sering kali tersembunyi di balik bayang-bayang. Kata-kata memiliki kekuatan untuk mempengaruhi, mengarahkan, dan bahkan menguasai hidup kita, namun pada saat yang sama, mereka juga dapat menjadi penjara yang membatasi kebebasan kita.

Dengan memahami makna mendalam dari puisi ini, kita diajak untuk lebih berhati-hati dalam memandang kehidupan, serta untuk menghargai kekuatan kata-kata yang kita ucapkan dan tuliskan. Puisi "Sajak Kecil" bukanlah sekadar sebuah puisi, melainkan sebuah perjalanan refleksi yang membawa kita pada pemahaman yang lebih dalam tentang diri kita sendiri dan dunia di sekitar kita.

Umbu Landu Paranggi dan Emha Ainun Nadjib
Puisi: Sajak Kecil
Karya: Umbu Landu Paranggi

Biodata Umbu Landu Paranggi:
  • Umbu Landu Paranggi lahir pada tanggal 10 Agustus 1943 di Kananggar, Paberiwai, Sumba Timur.
  • Umbu Landu Paranggi meninggal dunia pada tanggal 6 April 2021, pukul 03.55 WITA, di RS Bali Mandara.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.