Puisi: Perempuan yang Sendiri (Karya Dianing Widya Yudhistira)

Puisi "Perempuan yang Sendiri" karya Dianing Widya Yudhistira menggambarkan keadaan emosional seorang perempuan yang menghadapi pertanyaan dan ...
Perempuan yang Sendiri

Mengapa kau pilih jalan itu
kelelawar-kelelawar melintas dengan batuk-batuknya
meremukkan tubuhnya di hadapanmu

Mengapa kau biarkan keraguanmu memanjang
pergantian waktu adalah pertengkaran sengit
sampai kapan kau biarkan
ribuan serangga malam menenggelamkan tubuhmu

Ia mencintaimu
inginkan kau kembali
sebelum matahari benar-benar lingsir

Depok, Januari 2008

Analisis Puisi:

Puisi "Perempuan yang Sendiri" karya Dianing Widya Yudhistira menggambarkan keadaan emosional seorang perempuan yang menghadapi pertanyaan dan keraguan dalam hubungannya. Dengan penggunaan imaji yang kuat dan bahasa yang mendalam, Yudhistira mengajak pembaca untuk merenungkan tentang kompleksitas perasaan dan pertempuran batin yang dialami sang perempuan.

Kontras antara Kelelawar dan Keraguan

Puisi ini dibuka dengan gambaran "kelelawar-kelelawar melintas dengan batuk-batuknya," yang menciptakan atmosfer gelap dan misterius. Kelelawar sering kali diasosiasikan dengan kegelapan dan kematian, mungkin mencerminkan ketidakpastian atau ancaman yang menghadang sang perempuan. Kelelawar yang "meremukkan tubuhnya di hadapanmu" bisa jadi metafora dari halangan-halangan atau masalah yang harus dihadapi dalam hubungan atau kehidupan.

Pergantian Waktu dan Pertengkaran Batin

Puisi ini menyoroti perjuangan batin sang perempuan dalam menghadapi "pergantian waktu," yang digambarkan sebagai "pertengkaran sengit." Ini mencerminkan konflik internal yang dalam dalam menghadapi keputusan-keputusan penting atau pertanyaan tentang arah hidupnya. Keraguan yang memanjang menggambarkan ketidakpastian dan kebingungan dalam membuat keputusan yang tepat.

Serangga Malam sebagai Simbol Kehampaan

Simbol serangga malam yang menenggelamkan tubuh sang perempuan adalah gambaran tentang kehampaan atau rasa terbenam dalam ketidakpastian dan kegelapan emosional. Serangga malam yang bertebaran mungkin menggambarkan berbagai masalah atau gangguan yang datang mengganggu pikirannya, menambahkan lapisan emosi dan konflik dalam puisi ini.

Tawaran Cinta dan Kembali

Puisi ini diakhiri dengan pernyataan bahwa "ia mencintaimu, inginkan kau kembali, sebelum matahari benar-benar lingsir." Ini mungkin menunjukkan bahwa meskipun ada ketidakpastian dan keraguan, ada juga keinginan untuk memperbaiki atau menghidupkan kembali hubungan yang sudah terputus. "Matahari benar-benar lingsir" mungkin merujuk pada akhir dari sesuatu yang berharga, seperti hubungan atau kesempatan, yang ingin diselamatkan atau diperbaiki.

Puisi "Perempuan yang Sendiri" karya Dianing Widya Yudhistira adalah sebuah penggambaran yang dalam tentang pertempuran batin seorang perempuan dalam menghadapi ketidakpastian dan kompleksitas hubungan. Dengan imaji-imaji yang kuat seperti kelelawar, pergantian waktu yang pertengkaran, dan serangga malam yang menenggelamkan, Yudhistira mengajak pembaca untuk merenungkan tentang kompleksitas emosi manusia yang terjalin dalam hubungan interpersonal. Puisi ini menawarkan gambaran yang memikat dan mendalam tentang keraguan, harapan, dan keinginan untuk memperbaiki yang telah terputus dalam kehidupan cinta.

Puisi: Perempuan yang Sendiri
Puisi: Perempuan yang Sendiri
Karya: Dianing Widya Yudhistira

Biodata Dianing Widya Yudhistira:
  • Dianing Widya Yudhistira adalah seorang sastrawati Indonesia.
  • Dianing Widya Yudhistira lahir di Batang, Jawa Tengah, pada tanggal 6 April 1974.
© Sepenuhnya. All rights reserved.