Puisi: Lagu Nelayan Selat Madura (Karya Djawastin Hasugian)

Puisi "Lagu Nelayan Selat Madura" karya Djawastin Hasugian menggambarkan kehidupan seorang nelayan tua dari Madura, dengan tema sentral yang ...
Lagu Nelayan Selat Madura

Sayup-sayup sampai
Meningkah gelombang kesepian malam:
Ahai laut jawa, selat malaka
Ahai gelombang angin buritan
Dengarlah dendang durjana
Lelaki tua putra Madura:
Malampun larut
Ikan tidur di dasar laut
Hatipun gundah
Anak cucuku di Jakarta

Bulan terang bulan purnama
Dua mata di sampingnya
Lelaki ini lahir di Sumatera
Di mana itu kuburan bunda?

Ahai gelombang larut
Lelaki ini kawin laut
Jika berhenti detak jantungnya
Pulau mana akan dipilihnya?

Pulau Pandan jauh di tengah
Pulau Madura ujung jawa
Ahai, jika berhenti detak jantungnya
Di dasar laut liang kuburnya

Sumber: Tonggak 3 (1987)

Analisis Puisi:

Puisi "Lagu Nelayan Selat Madura" karya Djawastin Hasugian menggambarkan kehidupan seorang nelayan tua dari Madura, dengan tema sentral yang mencakup kesepian, ketidakpastian, dan refleksi eksistensial tentang kehidupan dan kematian.

Tema Sentral

Puisi ini mengeksplorasi tema-tema seperti kesepian, kerinduan, dan refleksi hidup. Penyair menggambarkan kehidupan seorang nelayan tua yang menghabiskan malam-malamnya di laut, dengan perasaan gundah memikirkan masa depan anak cucunya dan nasib dirinya sendiri.

Imajeri dan Penggunaan Bahasa

Imajeri yang digunakan dalam puisi ini sangat kuat dan evokatif. Frasa seperti "Sayup-sayup sampai / Meningkah gelombang kesepian malam" dan "Ahai gelombang angin buritan / Dengarlah dendang durjana" menciptakan suasana yang melankolis dan penuh perenungan. Penyair juga menggunakan bahasa yang sederhana namun penuh makna, menciptakan narasi yang kuat dan emosional.

Kehidupan Nelayan dan Laut

Puisi ini menggambarkan kehidupan nelayan yang penuh dengan tantangan dan ketidakpastian. Gelombang laut yang disebut-sebut dalam puisi ini melambangkan ketidakpastian dan kekuatan alam yang selalu harus dihadapi oleh para nelayan. Laut Jawa dan Selat Malaka menjadi latar yang mempertegas kesunyian dan perjuangan sang nelayan.

Refleksi Eksistensial

Penyair juga mengangkat refleksi eksistensial tentang kehidupan dan kematian. Pertanyaan tentang di mana akan beristirahat jika detak jantungnya berhenti, apakah di "Pulau Pandan jauh di tengah" atau "Pulau Madura ujung Jawa", menunjukkan kebingungan dan ketidakpastian tentang masa depan dan akhir hidup. Hal ini mencerminkan pencarian makna dan tempat yang tepat untuk beristirahat dalam kedamaian.

Konflik Batin dan Kerinduan

Konflik batin sang nelayan tercermin dalam bait yang menggambarkan kekhawatirannya tentang anak cucunya di Jakarta dan kerinduan terhadap masa lalu, termasuk pertanyaan tentang kuburan bundanya di Sumatera. Perasaan gundah dan kehilangan ini mempertegas kedalaman emosional dari puisi ini.

Puisi "Lagu Nelayan Selat Madura" karya Djawastin Hasugian adalah sebuah karya yang menggambarkan kehidupan nelayan dengan segala tantangannya, serta refleksi mendalam tentang kesepian, kerinduan, dan pencarian makna dalam kehidupan. Dengan menggunakan imaji-imaji yang kuat dan bahasa yang sederhana namun penuh makna, penyair berhasil menyampaikan kompleksitas emosi dan perenungan eksistensial yang dialami oleh seorang nelayan tua.

Puisi ini bukan hanya sebuah gambaran tentang kehidupan di laut, tetapi juga sebuah refleksi tentang kehidupan manusia dalam menghadapi ketidakpastian dan pencarian makna serta tempat yang tepat untuk beristirahat dalam kedamaian. Dengan demikian, "Lagu Nelayan Selat Madura" mengajak pembaca untuk merenungkan tentang arti kehidupan, perjuangan, dan kedamaian dalam menghadapi tantangan alam dan eksistensi.

Puisi: Lagu Nelayan Selat Madura
Puisi: Lagu Nelayan Selat Madura
Karya: Djawastin Hasugian

Biodata Djawastin Hasugian:
  • Djawastin Hasugian lahir di Sigalapang-Pakkat, Tapanuli Utara, Sumatera Utara, pada tahun 1943.
© Sepenuhnya. All rights reserved.