Puisi: Di Selat Sunda Tengah Hari (Karya Djawastin Hasugian)

Puisi "Di Selat Sunda Tengah Hari" karya Djawastin Hasugian menggambarkan keheningan dan kesunyian alam di tengah hari dengan penggunaan imaji yang ..
Di Selat Sunda Tengah Hari

Melingkar
Memutih jauh
Tudung saji
Sayup-sayup
Sepi
Melingkar
Laut, langit berpelukan
Menggeliat laut
Segaris bibir penuh nafsu
Napas resah
Terapung-apung
Di kejauhan
Sayup-sayup
Sepi

Sumber: Tonggak (1987)

Analisis Puisi:

Puisi "Di Selat Sunda Tengah Hari" karya Djawastin Hasugian adalah sebuah karya yang menggambarkan suasana di tengah hari di Selat Sunda dengan penggunaan imaji yang kuat dan kata-kata yang penuh makna. Melalui deskripsi yang minimalis namun evokatif, puisi ini menghadirkan pemandangan alam yang mengandung ketenangan sekaligus kegelisahan.

Tema Sentral

Tema utama dalam puisi ini adalah keheningan dan kesunyian alam di tengah hari. Puisi ini menggambarkan keadaan laut dan langit yang menyatu dalam keheningan yang hampir mistis, menciptakan suasana yang tenang namun penuh dengan makna yang mendalam.

Imaji dan Penggunaan Bahasa

Imaji yang digunakan dalam puisi ini sangat kuat dan evokatif. Frasa seperti "Melingkar / Memutih jauh" dan "Laut, langit berpelukan" menciptakan gambaran visual yang jelas tentang lanskap alam yang luas dan tenang. Penyair menggunakan bahasa yang sederhana namun penuh dengan kekuatan imajinatif, menciptakan suasana yang nyata bagi pembaca.

Struktur dan Nada

Struktur puisi ini terdiri dari baris-baris pendek, menciptakan ritme yang lambat dan tenang. Nada puisi ini adalah nada meditatif dan reflektif, yang menggambarkan ketenangan sekaligus kegelisahan yang ada dalam keheningan tengah hari di laut. Nada ini tercermin dalam penggunaan kata-kata seperti "Sayup-sayup / Sepi" dan "Napas resah / Terapung-apung".

Simbolisme

Simbolisme dalam puisi ini sangat kuat, dengan laut dan langit yang menyatu melambangkan kesatuan dan harmoni alam. Namun, di balik kesatuan ini, terdapat "Napas resah" yang mengindikasikan adanya ketidaktenangan yang tersembunyi di balik keheningan. Ini bisa dilihat sebagai metafora untuk perasaan manusia yang seringkali terlihat tenang di permukaan, namun menyimpan kegelisahan di dalamnya.

Kontras dan Antitesis

Penyair menggunakan kontras antara ketenangan dan kegelisahan untuk menciptakan dinamika dalam puisi ini. Ketenangan digambarkan melalui kata-kata seperti "Melingkar / Memutih jauh" dan "Sayup-sayup / Sepi", sementara kegelisahan muncul dalam frasa "Segaris bibir penuh nafsu / Napas resah". Kontras ini menambah kedalaman makna dalam puisi, menggambarkan dualitas dalam keadaan alam dan perasaan manusia.

Puisi "Di Selat Sunda Tengah Hari" karya Djawastin Hasugian adalah sebuah karya yang menggambarkan keheningan dan kesunyian alam di tengah hari dengan penggunaan imaji yang kuat dan kata-kata yang penuh makna. Melalui deskripsi yang minimalis namun evokatif, penyair menciptakan suasana yang tenang namun penuh dengan makna yang mendalam. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan ketenangan dan kegelisahan yang ada dalam kehidupan, serta hubungan harmonis antara alam dan manusia. Dengan demikian, puisi "Di Selat Sunda Tengah Hari" adalah sebuah karya yang mengesankan dan penuh dengan refleksi mendalam tentang alam dan perasaan manusia.

Puisi: Di Selat Sunda Tengah Hari
Puisi: Di Selat Sunda Tengah Hari
Karya: Djawastin Hasugian

Biodata Djawastin Hasugian:
  • Djawastin Hasugian lahir di Sigalapang-Pakkat, Tapanuli Utara, Sumatera Utara, pada tahun 1943.
© Sepenuhnya. All rights reserved.