Di Sebuah Kafe, Hengelo
denting gelas itu menyadarkan kami,malam telah mengendap dalam aroma anggur,masing-masing memberi tanda untuk berpisah,tetapi mabuk itu telah menjadi perekat,sedangkan bulan bermain-main di pelupuk mata. cakrawala membentang di dahimu. Angin punmemberi isyarat dengan pupur yang luntur danlelehan keringat. Sedangkan bayangan pertempuranharus diakhiri dengan tarikan napas panjang dandada yang menggelepar. Dengan kaki panjangmu,kaugoreskan gairahmu pada permukaan cermin,hanya untuk sementara saja. Sambil menyongsongmusim semi, kaupermainkan saja jerawatmu, sepertimemungut ranjau di Sarajevo. Kemudian segera kaumerasa bosan mengukur panjang lidahku. kini tak ada yang mesti dibanggakan. Kesetiaan?katamu seperti mencicipi keju. Selalu berbeda rasa,menurut selera dan cuaca. Kami tenggelam dalamalmanak masa lalu. Ingin merogoh rembulandi langit mata masing-masing.
Hengelo, 1999Puisi: Di Sebuah Kafe, Hengelo
Karya: Juniarso Ridwan
Catatan:
- Juniarso Ridwan lahir di Bandung, Jawa Barat, pada tanggal 10 Juni 1955.