Di Sebuah Gereja Gunung
lonceng kecil yang bertalu, memanggil-manggil belainyadi tengah kesunyian, minggu pagi yang cerahmereka pun berduyunlah ke sana: warga petani dan gembaladalam dandanan sederhana, bangkit dari kampung, lembah bukit dan padang-padang sepihidup dan kehidupan mereka di tanah warisan, telah terpanggildan lonceng gereja lalang di lereng gunung itu menuntun setiadalam galau kesibukan mereka sehari-hari tak pernah lupapanggilan minggu: di sini mereka, dalam gereja lalang dan bambu- berpadu memanjat doa dan terima kasih bagi kehidupan- bagi kebutuhan hari ini, hari depan datanglah ketentraman- di antara sesama, pada malapetaka menimpa dunia ini- pertikaian peperangan, damailah di surga di bumi ini: mazmur merekakeyakinan yang telah terpatri, bersemi, tak terikat ruang dan waktujuga dalam gereja lalang ini, terpencil jauh dan sunyijauh dari genteng, kegaduhan listrik serta deru ototak mengenal surat kabar, jam radio ataupun televisitapi keyakinan, pegangan mereka adalah harapan dan kerinduan yang samamentari dan bulan yang bersinar di mana pun - dan tuhan mendengar seru doa mereka
Sumber:“Persada Studi Klub dan Sajak-sajak Presiden Malioboro” dalam Suara Pancaran Sastra: Himpunan Esai dan Kritik, Korrie Layun Rampan, Yayasan Arus Jakarta, 1984.
Puisi: Di Sebuah Gereja Gunung
Karya: Umbu Landu ParanggiBiodata Umbu Landu Paranggi:
- Umbu Landu Paranggi lahir di Kananggar, Paberiwai, Sumba Timur, 10 Agustus 1943.