Puisi: Danau (Karya Kuntowijoyo)

Puisi "Danau" karya Kuntowijoyo menggambarkan sebuah pengalaman spiritual yang dalam melalui gambaran sebuah danau yang ditemukan pada musim kering.
Danau

Kutemukan danau baru
pada musim kering
jerih dan mengaca
menjamu burung
masih terdengar
tetes air
yang jatuh kembali.

Impian lama pun
berdesakan
aduh
tidak kuasa aku menahannya
sudikah Engkah menolongku.

Sumber: Isyarat (1976)

Analisis Puisi:

Puisi "Danau" karya Kuntowijoyo menggambarkan sebuah pengalaman spiritual yang dalam melalui gambaran sebuah danau yang ditemukan pada musim kering. Dengan bahasa yang sederhana namun sarat makna, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang kekuatan alam dan hubungan manusia dengan lingkungan sekitarnya.

Tema Puisi

  • Keajaiban Alam: Puisi ini menggambarkan keajaiban alam yang terjadi di tengah musim kering, di mana seorang penemunya menemukan sebuah danau baru. Hal ini mencerminkan kekuatan alam yang mampu menciptakan kehidupan dan menghidupkan kembali sumber daya alam meskipun dalam kondisi sulit.
  • Pencarian Spiritual: Penemuan danau baru dalam puisi ini dapat diartikan sebagai sebuah metafora dari pencarian spiritual atau kehidupan batin seseorang. Proses "menjamu burung" dan tetes air yang jatuh kembali menciptakan suasana yang menenangkan dan membangkitkan rasa haru.

Gaya Bahasa dan Imaji

  • Imaji yang Sederhana: Kuntowijoyo menggunakan imaji yang sederhana namun efektif untuk menggambarkan keindahan dan kehidupan di sekitar danau baru ini. Misalnya, "tetes air yang jatuh kembali" menggambarkan keberlangsungan kehidupan dan siklus alam.
  • Bahasa Meditatif: Bahasa dalam puisi ini memiliki nuansa meditatif yang memungkinkan pembaca untuk merenungkan makna yang lebih dalam. Pertanyaan "sudikah Engkah menolongku" mengundang refleksi tentang ketergantungan manusia pada alam dan pada Yang Maha Kuasa.

Makna dan Pesan

Puisi "Danau" menyampaikan pesan tentang keajaiban alam dan kekuatan pencarian spiritual. Penemuan danau baru di musim kering mengajarkan kita akan kemungkinan kehidupan baru dan harapan yang timbul dari ketekunan dan ketabahan. Hal ini juga mengingatkan kita akan pentingnya menjaga alam dan menghargai segala anugerah yang diberikannya.

Dengan bahasa yang sederhana namun penuh makna, puisi "Danau" karya Kuntowijoyo menggambarkan keajaiban alam dan pencarian spiritual yang mendalam. Melalui gambaran sebuah danau baru yang ditemukan di musim kering, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang kehidupan, harapan, dan hubungan manusia dengan alam semesta. Ini adalah sebuah pengamatan yang indah tentang ketekunan, keajaiban alam, dan kehadiran spiritual dalam kehidupan sehari-hari.

Puisi: Danau
Puisi: Danau
Karya: Kuntowijoyo

Biodata Kuntowijoyo:
  • Prof. Dr. Kuntowijoyo, M.A.
  • Kuntowijoyo lahir pada tanggal 18 September 1943 di Sanden, Bantul, Yogyakarta.
  • Kuntowijoyo meninggal dunia pada tanggal 22 Februari 2005 (pada usia 61 tahun).

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • HariRangkaian bunga dari lampu neonDi sekitar meja berenda impian pagiMemantulkan beningSepatu yang mengetuk lantaiMusik memainkan buah apelYang belum habis dibagiSenja menyongsong…
  • Alam sedang BerdandanTangan yang tak nampakMenjentikkan kasih ke pohonanSemi di cabang-cabangAdapun di rumputanSeribu warna jambonMemberikan madunyaPada lebah dan kupu-kupuWahai ya…
  • ZinaZina adalah nafas lelakiberlomba dengan kelemahanmengutuk waktusebagai polisiyang menyediakan penjaratanpa minum yang cukupDi buku hariannya tercatatia mencoba meneguk air sung…
  • MalamBayang-bayang bumiMemalingkan tubuhMemejam lelahMeletakkan beban ke tanahMaka malam pun turunMemaksa kucing putihMengeong di pojok rumahMemanggil punggukYang sanggup mengundan…
  • WaktuEngkau dibunuh waktuSekali lupa mengucap selamat pagitiba-tiba engkau sudah bukan engkau lagiWaktu membantai bajingan dan para nabikerajaan-kerajaan kitab suciperadaban di buk…
  • KelahiranSetelah benih disemaikanDi pagi pupus menggeliatBayi meninggalkan rahimMemaklumkan kehadiranCempaka di jambanganMenyambut bidadariTurun memandikanBahkan hari menantiSampai…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.