Analisis Puisi:
Puisi "Hujan Desember" karya Aspar Paturusi merupakan sebuah karya yang menciptakan gambaran tentang hujan dan banjir di bulan Desember.
Metafora Politik, Hujan Sebagai Gambaran Politik dan Korupsi: Penyair memulai puisi dengan merangkai gambaran hujan yang turun di bulan Desember, namun segera merinci bahwa hujan ini bukan hanya fenomena alam. Metafora hujan dan banjir digunakan untuk menyamakan kehadirannya dengan gemuruh politik dan bahaya korupsi. Guruh yang gemuruh dan hantu korupsi yang gentayangan menjadi simbol permasalahan sosial dan politik yang melanda negeri.
Awal yang Gemuruh, Perbandingan dengan Gaung Politik: Dalam perbandingan antara awal hujan dan gaung politik, penyair memberikan dimensi baru pada kekuatan dan intensitas perubahan. Gemuruh guruh dan gaung politik diungkapkan sebagai suara yang saling bersaing dan memperebutkan perhatian publik.
Hubungan Politik dan Korupsi, Bergandengan Tangan Seperti Hujan dan Banjir: Pernyataan "hujan dan banjir bergandengan tangan" menjadi gambaran kuat tentang keterkaitan politik dan korupsi. Seperti hujan yang selalu diikuti oleh banjir, dunia politik seringkali diikuti oleh aksi korupsi yang merugikan masyarakat.
Hujan Desember, Mengusik Kenangan dan Kesadaran: Penyair menggambarkan hujan di bulan Desember sebagai sesuatu yang mengusik kenangan. Ini bisa diartikan sebagai sebuah panggilan kesadaran untuk mengingat dan tidak melupakan tantangan dan perjuangan yang dihadapi masyarakat dalam menghadapi masalah sosial dan politik.
Suara Petang yang Menyampaikan Harapan: Dalam penggambaran petang yang diusik oleh hujan, penyair mungkin ingin menyampaikan pesan harapan. Petang yang bisa diartikan sebagai masa mendekati akhir hari atau akhir tahun menciptakan harapan baru untuk mengatasi tantangan yang muncul.
Panggilan untuk Mencegah Banjir, Pesan Kemanusiaan: Dengan meminta agar hujan di negeri tidak meluap menjadi banjir, penyair menyelipkan pesan kemanusiaan. Ini bisa diartikan sebagai panggilan untuk mencegah bencana alam yang dapat menambah derita masyarakat.
Dalam puisi "Hujan Desember," Aspar Paturusi menggambarkan kompleksitas kehidupan sosial dan politik melalui metafora hujan dan banjir. Puisi ini memunculkan kesadaran akan tantangan yang dihadapi masyarakat dan memberikan pesan untuk bersatu mengatasi masalah bersama. Dengan memanfaatkan keindahan kata, penyair mengajak pembaca untuk merenung tentang peran politik dan tanggung jawab kemanusiaan.
Karya: Aspar Paturusi
Biodata Aspar Paturusi:
- Nama asli Aspar Paturusi adalah Andi Sopyan Paturusi.
- Aspar Paturusi lahir pada tanggal 10 April 1943 di Bulukumba, Sulawesi Selatan.