Puisi: Sylvia Tua Menyanyi (Karya Sandy Tyas)

Puisi "Sylvia Tua Menyanyi" karya Sandy Tyas menggambarkan perasaan kehilangan, kesepian, dan penerimaan akan kenyataan pahit.
Sylvia Tua Menyanyi

kau pergi berlalu
jangan dengarkan tanyaku
lihatlah airmataku
bukan pada mukaku
kau pergi berlalu
matamu pada yang lain
demikian bagai daun-daun melayang
kau pergi berlalu
jangan noleh kembali
bagiku
hanya satu bayangan kebahagiaan
masih tinggal kini
dan sekarang kutahu
tak ada jalan kembali

Sumber: Horison (Juli, 1971)

Analisis Puisi:

Puisi "Sylvia Tua Menyanyi" karya Sandy Tyas adalah sebuah karya yang menggambarkan perasaan kehilangan, kesepian, dan penerimaan akan kenyataan pahit. Melalui penggunaan bahasa yang sederhana namun penuh emosi, Tyas berhasil menyampaikan pergulatan batin seorang individu yang ditinggalkan oleh orang yang dicintainya.

Tema Kehilangan dan Kesepian: Puisi ini secara dominan menyoroti tema kehilangan. Penyair, yang mungkin diidentifikasikan sebagai Sylvia tua, mengalami momen ketika seseorang yang dicintainya pergi meninggalkannya. Kepergian ini bukan hanya fisik tetapi juga emosional, yang ditandai dengan baris "matamu pada yang lain". Ini menunjukkan bahwa orang yang dicintai telah mengalihkan perhatian dan kasih sayangnya kepada orang lain, meninggalkan penyair dalam kesepian.

Perasaan Tidak Berdaya: Penyair menyadari ketidakberdayaannya dalam menghadapi situasi ini. Ia meminta orang yang pergi untuk tidak mendengarkan pertanyaannya atau melihat air matanya. Hal ini menunjukkan bahwa penyair merasa tidak ada gunanya untuk mengekspresikan perasaannya karena tidak akan mengubah apa pun. Kesedihan dan kehilangan digambarkan dengan jelas dalam baris-baris ini, memberikan kesan bahwa penyair merasa tak berdaya dalam mempertahankan hubungannya.

Gambaran Daun-Daun Melayang: Penggunaan metafora "demikian bagai daun-daun melayang" menggambarkan kepergian orang yang dicintai sebagai sesuatu yang alami namun tak terelakkan. Daun-daun yang melayang melambangkan perubahan musim dan siklus kehidupan, mengisyaratkan bahwa kehilangan ini adalah bagian dari kehidupan yang harus diterima meskipun menyakitkan.

Penerimaan Kenyataan Pahit: Bagian akhir puisi menandakan penerimaan penyair terhadap kenyataan pahit ini. Ia menyadari bahwa "tak ada jalan kembali" dan bahwa satu-satunya yang tersisa hanyalah bayangan kebahagiaan masa lalu. Ini mencerminkan proses penerimaan dan pemahaman bahwa masa lalu tidak dapat diubah dan satu-satunya pilihan adalah melanjutkan hidup meskipun dalam kesepian.

Puisi "Sylvia Tua Menyanyi" karya Sandy Tyas adalah sebuah puisi yang menggambarkan pengalaman emosional yang mendalam dari kehilangan dan kesepian. Melalui bahasa yang sederhana dan penggunaan metafora yang kuat, Tyas berhasil menangkap perasaan ketidakberdayaan dan penerimaan yang seringkali menyertai kepergian orang yang dicintai. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang sifat alami kehidupan yang penuh dengan perubahan dan bagaimana kita harus menerima kenyataan pahit dengan keberanian dan ketabahan.

Puisi: Sylvia Tua Menyanyi
Puisi: Sylvia Tua Menyanyi
Karya: Sandy Tyas

Biodata Sandy Tyas:
  • Sandy Tyas lahir di Semarang pada tanggal 17 April 1939.
  • Sandy Tyas meninggal dunia di Jakarta pada tanggal 1 Maret 2009 (umur 69 tahun).

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.