Puisi: Sisa Jembatan Tua (Karya Kirdjomuljo)

Puisi "Sisa Jembatan Tua" karya Kirdjomuljo mengajak pembaca untuk merenung tentang perjalanan bangsa mereka, mengenang luka-luka yang telah ...
Sisa Jembatan Tua

Bukan senja yang tenggelam mengaburkan mataku
Tapi bayangan masa silam menatapku tiba-tiba

Kuingat di sini terkubur jaman yang tersisa
Hanya meninggalkan saksi yang pernah bicara

Dan tidak untuk membayar harapan sejarah
Betapa jauh perjalanan pergulatan bangsaku

Menyeret luka-luka masa silam
Menyeret luka-luka yang terbuka tiba-tiba

Tetapi segalanya akan bisa jadi tahan
Dan jalan menuju kepadanya tidak berpaling

1967

Sumber: Tugu (Antologi Puisi 32 Penyair Yogya, 1986)

Analisis Puisi:

Puisi "Sisa Jembatan Tua" karya Kirdjomuljo adalah karya yang mengandung refleksi mendalam tentang sejarah, memori, dan luka-luka masa lalu. Dalam puisi ini, jembatan tua menjadi simbol yang kaya makna, mewakili perjalanan waktu, peradaban yang telah berlalu, dan perjuangan yang mengiringi perjalanan bangsa.

Struktur dan Tema

Puisi ini dibuka dengan citra visual yang kuat: "Bukan senja yang tenggelam mengaburkan mataku / Tapi bayangan masa silam menatapku tiba-tiba." Senja biasanya diidentifikasi dengan keindahan, keheningan, atau akhir hari, namun dalam puisi ini, bukan senja yang menjadi pusat perhatian. Sebaliknya, bayangan masa silam yang muncul tiba-tiba mengambil alih pandangan dan pikiran penyair. Hal ini mengindikasikan bahwa kenangan masa lalu bisa begitu kuat sehingga menutupi keindahan atau ketenangan saat ini, membawa kita kembali ke momen-momen yang telah lama berlalu.

Masa Silam dan Sejarah yang Terkubur

Selanjutnya, penyair mengenang apa yang telah terjadi di tempat tersebut: "Kuingat di sini terkubur jaman yang tersisa / Hanya meninggalkan saksi yang pernah bicara." Frasa ini menunjukkan bahwa tempat tersebut menyimpan sejarah yang dalam, namun hanya menyisakan sedikit bukti fisik atau "saksi" yang bisa berbicara tentang kejadian-kejadian masa lalu. Jembatan tua ini mungkin pernah menjadi saksi bisu dari peristiwa-peristiwa penting, namun sekarang hanya sisa-sisa yang tertinggal, dan saksi-saksi ini mungkin tidak lagi dapat sepenuhnya mengungkapkan cerita masa silam.

Puisi ini kemudian menyentuh tentang perjalanan sejarah bangsa: "Dan tidak untuk membayar harapan sejarah / Betapa jauh perjalanan pergulatan bangsaku." Kalimat ini menggambarkan perjalanan panjang dan sulit yang telah dilalui bangsa, di mana perjuangan dan pengorbanan terjadi, namun mungkin tidak selalu membawa hasil atau harapan yang diinginkan. Pergulatan ini menunjukkan betapa sulitnya jalan yang telah ditempuh oleh bangsa untuk mencapai kemerdekaan, kebebasan, atau kemajuan.

Luka Masa Silam dan Harapan untuk Masa Depan

Luka-luka masa lalu menjadi tema sentral dalam puisi ini: "Menyeret luka-luka masa silam / Menyeret luka-luka yang terbuka tiba-tiba." Luka-luka ini mungkin bersifat fisik, emosional, atau bahkan kolektif, mencerminkan penderitaan yang dihadapi oleh bangsa atau masyarakat dalam sejarahnya. Luka yang tiba-tiba terbuka menandakan bahwa meskipun luka tersebut telah ada selama bertahun-tahun, mereka bisa kembali menghantui atau mempengaruhi kehidupan saat ini.

Namun, puisi ini tidak hanya berbicara tentang luka dan penderitaan; ada juga harapan yang diungkapkan dalam baris terakhir: "Tetapi segalanya akan bisa jadi tahan / Dan jalan menuju kepadanya tidak berpaling." Frasa ini memberikan kesan bahwa meskipun sejarah dan luka-luka masa lalu berat dan sulit, ada ketahanan yang ditemukan di dalamnya. Ada harapan bahwa masa depan akan lebih baik dan bahwa perjalanan bangsa akan terus maju, meskipun dengan segala tantangan yang ada.

Puisi "Sisa Jembatan Tua" karya Kirdjomuljo adalah sebuah karya yang kuat dan emosional, menggabungkan elemen sejarah, memori, dan luka dengan refleksi tentang masa depan. Jembatan tua dalam puisi ini bukan hanya struktur fisik tetapi juga simbol dari perjalanan bangsa, kesulitan yang dihadapi, dan ketahanan yang dibutuhkan untuk terus maju.

Puisi ini menggambarkan bagaimana sejarah dan masa lalu terus hidup dalam ingatan kolektif, mempengaruhi masa kini dan masa depan. Melalui bahasa yang simbolis dan reflektif, Kirdjomuljo mengajak pembaca untuk merenung tentang perjalanan bangsa mereka, mengenang luka-luka yang telah dihadapi, namun juga menemukan harapan dan ketahanan dalam menghadapi masa depan. "Sisa Jembatan Tua" adalah karya yang mengingatkan kita bahwa meskipun masa lalu penuh dengan kesulitan, masa depan tetap bisa diraih dengan ketahanan dan tekad yang kuat.

Kirdjomuljo
Puisi: Sisa Jembatan Tua
Karya: Kirdjomuljo
Biodata Kirdjomuljo:
  • Edjaan Tempo Doeloe: Kirdjomuljo
  • Ejaan yang Disempurnakan: Kirjomulyo
  • Kirdjomuljo lahir pada tanggal 1 Januari 1930 di Yogyakarta.
  • Kirdjomuljo meninggal dunia pada tanggal 19 Januari 2000 di Yogyakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.