Puisi: Malam Hari (Karya Leon Agusta)

Puisi "Malam Hari" karya Leon Agusta mengundang pembaca untuk merenungkan perasaan keterasingan dan pencarian makna di tengah kegelapan malam.
Puisi Malam Hari

Di ujung kukumu nasib membeku duka
Bagai kelam di laut tua

Akulah si buta di negeri asing
Melangkah kaku
Menjelangi petang dan pagi
Antara haru cemas dan sepi
Dan bumi yang berputar

        Ketika suara
        Di mimbar tua
        Melintas mati

Dan ketika bangkit sabda
Dalam gaib yang fana
Siapapun tersenyum pedih
Rahasia kesedihan terbuka lirih

Mei, 1970

Sumber: Horison (Desember, 1970)

Analisis Puisi:

Puisi "Malam Hari" karya Leon Agusta menggambarkan sebuah perjalanan batin yang dalam dan penuh refleksi. Dalam karya ini, Agusta menyoroti tema kesedihan, keterasingan, dan pencarian makna di tengah kegelapan malam.

Kegelapan dan Kesedihan

Puisi ini dimulai dengan gambaran yang kuat mengenai kesedihan dan kegelapan. Frasa "Di ujung kukumu nasib membeku duka / Bagai kelam di laut tua" menyiratkan keadaan yang stagnan dan penuh penderitaan. Kegelapan laut tua bisa dianggap sebagai simbol dari kedalaman kesedihan yang dialami oleh penyair, yang tampaknya tak berujung dan melingkupi hidupnya.

Keterasingan dan Pencarian Makna

Penyair menggambarkan dirinya sebagai "si buta di negeri asing", menunjukkan perasaan keterasingan dan kebingungan. Dalam keadaan ini, penyair merasa terasing dan tidak berdaya, melangkah dengan penuh kebingungan "menjelangi petang dan pagi / Antara haru cemas dan sepi". Perjalanan waktu yang disebutkan mencerminkan ketidakpastian dan kecemasan yang melingkupi hidupnya, di mana si buta berusaha memahami dunia di sekelilingnya yang semakin kabur.

Konfrontasi dengan Ketidakpastian

Puncak dari puisi ini terdapat dalam dua bait terakhir, di mana penyair merenungkan tentang "suara / Di mimbar tua" yang melintas mati dan "sabda dalam gaib yang fana". Frasa ini menandakan bahwa di balik segala kesedihan dan keterasingan, ada bentuk keheningan dan kekosongan yang tak dapat dijelaskan. Ketika rahasia kesedihan "terbuka lirih", penyair menghadapi kenyataan bahwa meski kesedihan itu tampak nyata dan mendalam, itu juga merupakan sesuatu yang misterius dan sulit dipahami.

Puisi "Malam Hari" karya Leon Agusta adalah sebuah puisi yang menonjolkan tema kegelapan dan kesedihan dengan kepekaan dan kedalaman yang khas. Dengan menggunakan bahasa yang penuh makna dan simbolisme, Agusta mengundang pembaca untuk merenungkan perasaan keterasingan dan pencarian makna di tengah kegelapan malam. Karya ini tidak hanya menyajikan gambaran emosional yang mendalam tetapi juga mengajak kita untuk mempertanyakan bagaimana kita menghadapi kesedihan dan mencari makna dalam hidup yang penuh ketidakpastian.


Leon Agusta
Puisi: Malam Hari
Karya: Leon Agusta

Biodata Leon Agusta:
  • Leon Agusta (Ridwan Ilyas Sutan Badaro) lahir pada tanggal 5 Agustus 1938 di Sigiran, Maninjau, Sumatra Barat.
  • Leon Agusta meninggal dunia pada tanggal 10 Desember 2015 (pada umur 77) di Padang, Sumatra Barat.
  • Leon Agusta adalah salah satu Sastrawan Angkatan 70-an.
© Sepenuhnya. All rights reserved.