Lagu Hujan dari Tenggara
Kita telah menentang hangatnya matahari
Matamu mutiara hitam Asia
Kita telah bertatapan sampai bermimpi
Kulihat senyummu memendam kabut
nafasku terdesak tertahan
Tiba-tiba aku melihat dalamnya jurang
jurang
kemusnahan kita dalam waktu
Cumbuan jadi pedih menyiksa
Pada setiap sentuhan kukumu melingkar rantai
perpisahan, yang semakin panjang
siapakah engkau
malaikat atau bidadari?
Alangkah dalamnya laut
nasib kita masing-masing
Aku pendam terima kasihku padamu
sejak kau sajikan mukjizat syorga itu
di sisiku
di pantai timur semenanjung
yang lengang
yang tak meneteskan noda di atas sepi
Pejamkan matamu, dengar desau angin berlalu
selamat tingal
Di bawah titian kenangan, terbentang sayup
sungai Gangga lembah dadamu
yang gemerlapan
Kuasah pesonaku, berlinangan di sana
waktu menuliskan catatan ini
lagu hujan dari tenggara
dengan angin dan laut
kenangan bersamamu: selepas dingin memintas
Kuala Trengganu
September, 1974
Sumber: Gendang Pengembara (2012)
Puisi: Lagu Hujan dari Tenggara
Karya: Leon Agusta
Biodata Leon Agusta:
- Leon Agusta (Ridwan Ilyas Sutan Badaro) lahir pada tanggal 5 Agustus 1938 di Sigiran, Maninjau, Sumatra Barat.
- Leon Agusta meninggal dunia pada tanggal 10 Desember 2015 (pada umur 77) di Padang, Sumatra Barat.
- Leon Agusta adalah salah satu Sastrawan Angkatan 70-an.