Sumber: Horison (September, 1974)
Analisis Puisi:
Puisi "Kemarilah" karya Sandy Tyas adalah sebuah karya yang menyentuh tema-tema yang sangat sensitif seperti eksploitasi, ketidaksetaraan gender, dan moralitas. Melalui bahasa yang lugas dan penuh emosi, Tyas mengeksplorasi dinamika kekuasaan antara laki-laki dan perempuan dalam konteks yang mungkin berkaitan dengan perdagangan seks atau pelacuran.
Tema dan Narasi: Puisi ini dibuka dengan seruan langsung kepada "lelaki," yang menjadi subjek utama dari puisi ini. Seruan ini menantang sikap lelaki yang tampaknya merasa malu atau tertutup. Tyas segera mengungkapkan konteks sosial yang keras, di mana perempuan menawarkan diri mereka dengan keterusterangan yang tajam.
Kritik Sosial: Puisi ini menggambarkan sebuah dunia di mana perempuan merasa terdorong untuk membuka diri secara total dan tanpa penutup ("telanjang tanpa baju") kepada laki-laki yang mencari kepuasan. Ini adalah kritik tajam terhadap masyarakat yang memperdagangkan kehormatan dan tubuh perempuan untuk uang.
Keterusterangan dan Kekuasaan: Penggunaan kata-kata seperti "telah membuka kartu" dan "datanglah ke mari" menunjukkan keterusterangan dan, mungkin, sebuah keputusasaan. Kartu yang dibuka menunjukkan bahwa perempuan dalam puisi ini tidak memiliki rahasia atau perlindungan lagi; mereka sudah mengungkapkan segalanya, dalam pengertian literal dan figuratif. Ini menekankan ketidakberdayaan mereka dan bagaimana mereka dipaksa untuk menukar kehormatan mereka demi kelangsungan hidup.
Konteks Emosional: Baris "kenapa mesti tersipu kalau kami pun telah membuka kartu padamu" mengindikasikan bahwa perempuan ini sudah terbiasa dengan situasi tersebut dan mungkin merasa tidak ada pilihan lain. Mereka menawarkan diri mereka "seperlunya kebutuhanmu," yang menunjukkan ketidakadilan dan ketidakseimbangan dalam hubungan kekuasaan antara pelanggan dan pelaku.
Simbolisme dan Ironi: "Di tanah hanya ada salju" dan "kau kepulkan asap rokok menutup mukamu" menggambarkan keadaan dingin dan tidak ramah dari dunia di mana interaksi ini terjadi. Salju di tanah bisa melambangkan ketidakpedulian atau dinginnya hati masyarakat terhadap nasib perempuan ini. Asap rokok yang menutupi muka bisa melambangkan bagaimana lelaki tersebut mencoba menyembunyikan rasa malu atau ketidaknyamanan mereka dalam berpartisipasi dalam transaksi ini.
Akhir yang Menggugah: Penutup puisi, "kita tukar kehormatan wanita dengan uang kertas atau logam," adalah pernyataan yang sangat keras dan jelas. Ini menunjukkan transaksi yang sangat tidak manusiawi dan memperlihatkan betapa rendahnya nilai kehormatan wanita di mata masyarakat yang digambarkan dalam puisi ini.
Puisi "Kemarilah" karya Sandy Tyas adalah puisi yang kuat dan provokatif, mengungkapkan dinamika kekuasaan yang kejam dan ketidakadilan yang dialami oleh perempuan dalam masyarakat tertentu. Melalui penggunaan bahasa yang lugas dan penuh emosi, Tyas berhasil mengeksplorasi tema-tema eksploitasi, ketidaksetaraan gender, dan moralitas. Puisi ini menantang pembaca untuk merenungkan kembali sikap dan tindakan mereka terhadap isu-isu sosial yang mendalam dan sering kali terabaikan.
Karya: Sandy Tyas
Biodata Sandy Tyas:
- Sandy Tyas lahir di Semarang pada tanggal 17 April 1939.
- Sandy Tyas meninggal dunia di Jakarta pada tanggal 1 Maret 2009 (umur 69 tahun).