Analisis Puisi:
Leon Agusta adalah seorang penyair Indonesia yang karya-karyanya sering kali mengangkat tema-tema sosial, politik, dan kemanusiaan dengan nada yang penuh kegelisahan. Salah satu puisinya yang mencerminkan perasaan tersebut adalah "Catatan Lama." Dalam puisi ini, Leon membawa pembaca melalui perjalanan memori yang dipenuhi dengan kesedihan, kehilangan, dan pertanyaan eksistensial. Puisi ini tidak hanya menggambarkan pengalaman pribadi, tetapi juga mencerminkan trauma kolektif yang dirasakan oleh banyak orang di Indonesia, terutama akibat konflik dan kekerasan.
Kegelisahan yang Tercecer di Lorong-Lorong Kota
Puisi ini dibuka dengan pengakuan yang kuat: "umurku tercecer di lorong-lorong kota, kampung-kampung pantai dan pedalaman." Baris ini menggambarkan bagaimana kehidupan penyair tersebar di berbagai tempat yang penuh dengan kenangan dan trauma. Lorong-lorong kota, kampung pantai, dan pedalaman mewakili berbagai ruang geografis yang juga menjadi saksi dari berbagai peristiwa dalam hidupnya. Sungai-sungai dengan air coklat dan rawa-rawa yang payau menambah kesan suram dan berat yang membayangi kenangan tersebut.
Di baris-baris selanjutnya, Leon mengenang saudaranya, seorang perempuan yang meninggal keguguran di tepi hutan karena perang saudara. Peristiwa ini bukan hanya menjadi kenangan pribadi yang menyakitkan, tetapi juga simbol dari kekerasan dan kekacauan yang terjadi dalam sejarah Indonesia. Kenangan ini terus menghantui penyair, seolah menjadi luka yang tidak pernah benar-benar sembuh.
Memori Kelam dan Pergolakan Jiwa
Puisi ini juga mengungkapkan bagaimana penyair pernah tinggal di sebuah pulau dengan kota kecil yang tiba-tiba ia tinggalkan. "Di lipatan album lama, terselip suatu hari dalam pergolakan menikam seluruh kampung dengan timah dan tembaga," menggambarkan kenangan tentang kekerasan dan perang yang pernah terjadi. Penggunaan kata "timah dan tembaga" sebagai metafora untuk peluru dan senjata menunjukkan betapa dalam luka yang ditinggalkan oleh kekerasan tersebut.
Kenangan ini membangkitkan pertanyaan dalam diri penyair: mengapa sajak-sajak muram harus ditulis? Pertanyaan ini mencerminkan kegelisahan penyair tentang makna dari penderitaan dan kesedihan yang terus ia alami dan ungkapkan melalui puisi. Ia merasa seperti "hutan yang kian gundul, kehilangan burung-burung kecintaan," sebuah metafora yang menggambarkan kehancuran, kehilangan, dan kekosongan yang dirasakannya.
Pertanyaan Eksistensial dan Kesulitan Menjawabnya
Di bagian akhir puisi, Leon menyampaikan kebingungannya tentang kehidupan dan dunia di sekitarnya. Ia menyadari bahwa pertanyaan-pertanyaan yang dulu ia ajukan sekarang semakin sulit untuk dijawab. "Di sana-sini hal dan ikhwal jadi semakin musykil," mencerminkan realitas dunia yang semakin kompleks dan sulit dipahami, meskipun kekerasan fisik seperti perang sudah mereda. Namun, trauma dan dampaknya masih sangat terasa, menciptakan kesulitan yang mendalam dalam memahami dan mengatasi masa lalu.
Baris terakhir puisi ini, "meskipun bedil dan perang tak lagi berdentaman," menegaskan bahwa meskipun kekerasan fisik mungkin telah berakhir, dampaknya terhadap jiwa dan pikiran masih terus ada. Perang dan kekerasan tidak hanya meninggalkan luka fisik tetapi juga luka batin yang mendalam, yang terus menghantui penyair dan mempengaruhi cara pandangnya terhadap dunia.
Puisi "Catatan Lama" karya Leon Agusta adalah puisi yang penuh dengan refleksi tentang kegelisahan, kehilangan, dan trauma yang mendalam. Melalui kenangan akan peristiwa-peristiwa kelam, Leon mengungkapkan betapa beratnya beban yang ditanggung oleh mereka yang telah menyaksikan kekerasan dan kehancuran. Puisi ini juga mencerminkan ketidakpastian dan kebingungan yang dialami penyair dalam menghadapi dunia yang terus berubah, meskipun kekerasan fisik mungkin sudah berhenti.
Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang dampak jangka panjang dari kekerasan dan perang, serta bagaimana hal tersebut mempengaruhi jiwa dan pikiran. Leon Agusta, dengan kemampuannya untuk menggambarkan perasaan yang kompleks dan mendalam, menciptakan sebuah karya yang tidak hanya mengungkapkan pengalaman pribadinya tetapi juga menggambarkan trauma kolektif yang dirasakan oleh banyak orang.
Puisi: Catatan Lama
Karya: Leon Agusta
Biodata Leon Agusta:
- Leon Agusta (Ridwan Ilyas Sutan Badaro) lahir pada tanggal 5 Agustus 1938 di Sigiran, Maninjau, Sumatra Barat.
- Leon Agusta meninggal dunia pada tanggal 10 Desember 2015 (pada umur 77) di Padang, Sumatra Barat.
- Leon Agusta adalah salah satu Sastrawan Angkatan 70-an.