Puisi: Putri Gunung Naga (Karya Subagio Sastrowardoyo)

Puisi "Putri Gunung Naga" karya Subagio Sastrowardoyo menggunakan gambaran dari dunia mitologi dan imajinasi untuk menyampaikan pesan yang ....
Putri Gunung Naga

berulang setiap pagi
putri gunung naga — seperti dalam cerita
(atau dalam mimpi?) — belukar mata
terhindar di belakang kudung sutra
melenggang di lorong lengang
menegur dan bertanya: kapan kau pulang?
putri manis! di daerah asing
udara berbau tembaga, dan di awan putih
berkuasa ular naga,
bermata bengis

teringat — di awal musim —
upacara minum teh di bangsal merah
rasanya sejuk seperti bunga mawar di bajunya
berwarna darah
putri, tunggu semalam, aku kan menyerah

Sumber: Daerah Perbatasan (1970)

Analisis Puisi:

Puisi "Putri Gunung Naga" karya Subagio Sastrowardoyo adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan keindahan alam, kerinduan, dan perasaan kesepian. Dalam puisi ini, Sastrowardoyo menggunakan gambaran dari dunia mitologi dan imajinasi untuk menyampaikan pesan yang mendalam tentang perjalanan spiritual dan kehidupan.

Putri Gunung Naga dalam Mitologi: Dalam puisi ini, Putri Gunung Naga digambarkan sebagai makhluk mitologis yang menegur dengan lembut dan bertanya tentang kapan seseorang akan pulang. Ini menciptakan citra kehadiran spiritual yang mengawasi perjalanan seseorang di dunia ini. Putri Gunung Naga menjadi lambang kerinduan akan kebijaksanaan dan kedamaian yang dijanjikan.

Kehidupan di Daerah Asing: Puisi ini juga menciptakan kontras antara keindahan alam dan kekeruhan dunia manusia. Di daerah asing, udara berbau tembaga dan awan putih di atasnya dikuasai oleh ular naga yang berwujud bengis. Ini menunjukkan konflik antara alam yang alami dan kekuatan-kekuatan jahat yang ada dalam pikiran manusia.

Kerinduan akan Keindahan yang Hilang: Sastrowardoyo merenungkan kerinduan akan keindahan yang telah hilang, seperti dalam upacara minum teh di bangsal merah di awal musim. Rasanya sejuk seperti bunga mawar berwarna darah di bajunya. Ini menciptakan citra nostalgis tentang keindahan yang telah berlalu dan kerinduan akan kembali ke masa yang lebih bahagia.

Kesepian dan Kesediaan Menyerah: Puisi ini juga mencerminkan perasaan kesepian dan keinginan untuk menyerah di hadapan kehidupan yang sulit. Meskipun putri menunggu semalam, penyair menyatakan bahwa ia akan menyerah. Ini menunjukkan ketidakmampuan untuk menemukan kedamaian dalam dunia yang keras dan penuh konflik.

Dengan puisi "Putri Gunung Naga," Subagio Sastrowardoyo berhasil menggambarkan kerinduan, keindahan alam, dan perasaan kesepian dengan menggunakan gambaran yang kaya dan imajinatif. Puisi ini memperlihatkan kompleksitas perjalanan spiritual dan emosional manusia, serta konflik antara keindahan alam dan kekeruhan dunia manusia. Sastrowardoyo menggunakan bahasa yang indah dan gambaran yang kuat untuk menyampaikan pesan yang mendalam tentang kehidupan dan keindahan alam.

Puisi Subagio Sastrowardoyo
Puisi: Putri Gunung Naga
Karya: Subagio Sastrowardoyo

Biodata Subagio Sastrowardoyo:
  • Subagio Sastrowardoyo lahir pada tanggal 1 Februari 1924 di Madiun, Jawa Timur.
  • Subagio Sastrowardoyo meninggal dunia pada tanggal 18 Juli 1996 (pada umur 72 tahun) di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.