Puisi: Mahkota (Karya Sugiarta Sriwibawa)

Puisi "Mahkota" karya Sugiarta Sriwibawa menyajikan refleksi mendalam mengenai waktu, kesadaran diri, dan pengalaman kosmik.
Mahkota

Ketika noktah-noktah kemerlap
Turun bagai mahkota di ubun-ubun
Aku justru terjaga di mimpi pertama
Detik-detik waktu lamat-melamat
Lalu kucoba mengenali alam
Duhai, betapa lama aku kaulupakan
Ah, bukan, bukan
Betapa jauh kau kutinggalkan

Ketika geliat tangan menyundul awan
Bola mataku terpaku
Tapi raga terseret gelandang waktu
Retas-meretas, gapai-menggapai
Buyar bagai tangan menggenggam air
Maka kucoba mengasihani diri
Ah, tidak, tidak
Terlalu sederhana aku merumus tafsir

Ketika kantuk kusibak
Kudengar isak meniti
Kapan detak-detik waktu lari
Sambil menggelengkan muka
Kini teriakku runtuh, menjilat pasir
Di sepanjang pantai dengan pecak tapak
Kaki sejarah, yang lenyap digulung ombak

Mimpi pertama, ketika kusahut noktah kemerlap
Ketika aku menafsir waktu
Ketika awan-awan memuntahkan mangsa guntur
Kilat-berkilat, maka kuyakini mata berkejap
Benar, benar itu adalah mahkota
Noktah-noktah kemerlap di ubun-ubunku
Berguguran

Sumber: Garis Putih (1983)

Analisis Puisi:

Puisi "Mahkota" karya Sugiarta Sriwibawa menyajikan refleksi mendalam mengenai waktu, kesadaran diri, dan pengalaman kosmik. Dengan menggunakan imaji yang kuat dan simbolisme, puisi ini mengeksplorasi bagaimana manusia berinteraksi dengan konsep waktu dan alam semesta.

Struktur dan Tema

Puisi ini terdiri dari empat bait yang menggambarkan pengalaman subyektif dari penyair yang berusaha memahami dan meresapi alam serta waktu. Melalui gambaran-gambaran kosmik dan refleksi pribadi, puisi ini menyampaikan tema tentang pencarian makna dan kesadaran.

Simbolisme dan Imaji

  • Mahkota dan Noktah Kemerlap: "Ketika noktah-noktah kemerlap / Turun bagai mahkota di ubun-ubun" menggambarkan visualisasi bintang-bintang atau titik-titik cahaya di langit malam sebagai mahkota yang turun ke kepala penyair. Ini melambangkan pencapaian pencerahan atau kesadaran yang tinggi, di mana bintang-bintang menjadi simbol pengetahuan dan pemahaman kosmik yang menurun kepada individu.
  • Waktu dan Alam: Puisi ini juga mengeksplorasi hubungan antara manusia dan waktu. "Detik-detik waktu lamat-melamat" dan "Kapan detak-detik waktu lari" mencerminkan ketidakstabilan dan relativitas waktu yang dirasakan oleh penyair. Upaya untuk "mengenali alam" menunjukkan pencarian makna dalam kesadaran diri dan lingkungan.
  • Geliat Tangan dan Awan: "Ketika geliat tangan menyundul awan" menggambarkan usaha manusia untuk mencapai sesuatu yang lebih tinggi atau lebih spiritual, meskipun raga terikat oleh batasan waktu dan fisik. Metafora ini menunjukkan ketidakmampuan untuk benar-benar menggapai apa yang diinginkan, serupa dengan "tangan menggenggam air" yang tidak bisa ditahan.
  • Pantai dan Ombak: "Teriakku runtuh, menjilat pasir / Di sepanjang pantai dengan pecak tapak" menggambarkan perasaan terasing dan kekalahan saat mencoba memahami atau mengatasi waktu dan kehidupan. Ombak yang menghapus jejak kaki melambangkan perubahan dan ketidakpastian yang tidak bisa dihindari.

Refleksi dan Penerimaan

  • Penerimaan Mahkota: Di akhir puisi, penyair akhirnya mengakui "Benar, benar itu adalah mahkota", merujuk pada titik-titik kemerlap di langit sebagai simbol pencerahan dan makna yang telah diterima. Meskipun mengalami kebingungan dan kesulitan, penyair akhirnya memahami dan menerima kenyataan tentang eksistensi dan kosmos.
  • Kehidupan dan Mimpi: Mimpi dan pengalaman yang dijelaskan dalam puisi ini menunjukkan bagaimana seseorang berusaha memahami makna hidup dan alam semesta melalui refleksi dan penafsiran pribadi. Mimpi pertama yang disebutkan menandakan titik awal perjalanan introspektif penyair.
Puisi "Mahkota" karya Sugiarta Sriwibawa merupakan karya yang mendalam dan reflektif, menggabungkan elemen kosmik dengan pengalaman pribadi untuk mengeksplorasi tema-tema tentang waktu, kesadaran, dan pencarian makna. Dengan imaji yang kuat dan simbolisme yang kaya, puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang hubungan mereka dengan alam semesta dan bagaimana mereka memahami posisi mereka dalam siklus waktu yang terus berjalan.

Puisi
Puisi: Mahkota
Karya: Sugiarta Sriwibawa

Biodata Sugiarta Sriwibawa:
  • Sugiarta Sriwibawa lahir di Surakarta, pada tanggal 31 Maret 1932.
© Sepenuhnya. All rights reserved.