Sumber: Daerah Perbatasan (1970)
Analisis Puisi:
Puisi "Candi Prambanan" karya Subagio Sastrowardoyo adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan kompleksitas sejarah, mitologi, dan manusia dalam konteks Candi Prambanan, sebuah kompleks candi Hindu yang terkenal di Indonesia. Dalam puisi ini, Sastrowardoyo menggunakan suara dari tiga tokoh mitologis, yaitu Siwa, Durga, dan seorang Pendeta, untuk menyampaikan pesan yang dalam tentang kehidupan, keberanian, dan keragaman manusia.
Suara Siwa, Waktu dan Binasa: Siwa, dewa utama dalam agama Hindu, digambarkan dalam puisi ini sebagai pemikir yang merenung di keheningan candi. Dia memanggil waktu pada saat segala sesuatu sudah binasa. Gambaran daun ketapang delapan lembar dan cerita tentang perempuan yang menggugurkan kandungan menyoroti kehidupan manusia yang penuh dengan tragedi dan pilihan sulit. Siwa, sebagai simbol kebijaksanaan dan ketenangan, menerima segala kenyataan dengan damai.
Suara Durga, Penyesalan dan Kesendirian: Durga, dewi pelindung dalam agama Hindu, muncul dengan suara yang penuh penyesalan dan kesendirian. Dia mengekspresikan rasa sakit dan kekecewaan karena memilih jalur yang salah dalam hidupnya. Durga menggambarkan dirinya sebagai bayangan yang tak berjenis dan tak berpribadi, mencerminkan perasaan kehilangan identitas dan kebingungan diri. Permintaannya agar digambar sebagai perempuan tanpa wajah atau lelaki tanpa kelamin menggambarkan perasaan kehilangan diri dan kebingungan identitas.
Suara Pendeta, Ketakjuban dan Keramat: Pendeta mewakili suara yang menghormati dan merenungkan keagungan Candi Prambanan. Dia merenung di jendela berterali, mengamati aliran tamu yang datang meminta sedekah dan restu kudus di hari yang keramat. Suaranya menunjukkan rasa ketakjuban dan kekaguman terhadap keindahan dan keragaman manusia yang terungkap melalui candi ini.
Dengan puisi "Candi Prambanan," Subagio Sastrowardoyo berhasil menggambarkan kehidupan, keberanian, penyesalan, kesendirian, dan keragaman manusia melalui metafora dan suara-suara mitologis. Puisi ini memperlihatkan kompleksitas dan keindahan manusia serta keterkaitannya dengan sejarah dan mitologi. Sastrowardoyo menggunakan bahasa yang kaya dan imajinatif untuk menyampaikan pesan yang mendalam tentang kehidupan dan manusia.
Karya: Subagio Sastrowardoyo
Biodata Subagio Sastrowardoyo:
- Subagio Sastrowardoyo lahir pada tanggal 1 Februari 1924 di Madiun, Jawa Timur.
- Subagio Sastrowardoyo meninggal dunia pada tanggal 18 Juli 1996 (pada umur 72 tahun) di Jakarta.