Puisi: Angin Hutan Cemara (Karya L.K. Ara)

Puisi "Angin Hutan Cemara" karya L.K. Ara mengajak pembaca untuk merenung dan menghargai peran alam dalam kehidupan mereka serta tanggung jawab ...
Angin Hutan Cemara

angin hutan cemara
ditegur fajar
buru-buru bangkit
menyongsong petani
yang bergegas naik
ke lamping gunung
ke ladang luas
di mana harapan berkecambah hijau
semakin hijau

angin hutan cemara
siang-siang
mengantar harum bunga
ke tiap tangga
dengan kipasnya riuh
mengibas panah surya
yang terpacak di punggung pekerja
melegakan dada
untuk nyanyi-nyanyi kecil
diselang-seling ayunan cangkul

angin hutan cemara
sore hari
habis perjalanan jauh
walau lelah
masih sempat
melipur pengambil kayu
atau nelayan di sungai
dan pengembala di padang-padang hijau
meringankan langkah mereka
menuju rumah dan rumah tangga

angin hutan cemara
biasanya gemerisik
hanya sesekali menderu
tapi kian kalinya mengingatkan
enam puluh ribu hektar
cemara menderai
tak jemu-jemu menderai
minta diolah
namun tak pernah diacuhkan
walau dua puluh tahun lebih
kita merdeka

angin hutan cemara
ceramah namun ramah
menawarkan bagia
bagi tiap orang
yang ingin mencicipinya

Sumber: Angin Laut Tawar (1995)

Analisis Puisi:

Puisi "Angin Hutan Cemara" karya L.K. Ara adalah sebuah karya yang menyiratkan kedekatan dan keindahan alam, serta menggambarkan hubungan antara manusia dan lingkungan sekitar. Dalam puisi ini, angin hutan cemara bukan hanya berfungsi sebagai elemen alam, tetapi juga sebagai simbol dari berbagai aspek kehidupan manusia.

Tema

  • Kehidupan Sehari-hari dan Alam: Tema utama puisi ini adalah hubungan antara manusia dan alam, khususnya hutan cemara dan angin yang bertiup di dalamnya. "Angin hutan cemara / ditegur fajar / buru-buru bangkit" menunjukkan bagaimana alam berinteraksi dengan kehidupan manusia, seperti petani yang bergegas ke ladang dan bagaimana alam mendukung aktivitas sehari-hari mereka.
  • Keharuman dan Kesejahteraan: Puisi ini juga menyoroti bagaimana alam memberikan kenyamanan dan kesejahteraan. "Angin hutan cemara / siang-siang / mengantar harum bunga" menggambarkan bagaimana angin membawa keharuman bunga dan membantu melegakan para pekerja di bawah terik matahari. Ini menunjukkan bahwa alam bukan hanya berfungsi sebagai latar belakang, tetapi juga berperan aktif dalam meningkatkan kualitas hidup manusia.
  • Kritik Sosial dan Lingkungan: Tema kritik sosial muncul ketika puisi membahas "enam puluh ribu hektar / cemara menderai / tak jemu-jemu menderai / minta diolah". Ini mencerminkan ketidakpedulian terhadap pengelolaan sumber daya alam dan masalah lingkungan yang mungkin belum mendapatkan perhatian yang memadai meskipun sudah bertahun-tahun.

Gaya Bahasa dan Teknik

  • Deskripsi dan Imaji: Puisi ini menggunakan deskripsi yang kuat dan imaji untuk menggambarkan peran angin hutan cemara dalam kehidupan sehari-hari. Frasa seperti "harum bunga / ke tiap tangga" dan "kipasnya riuh / mengibas panah surya" membantu pembaca membayangkan suasana yang digambarkan dengan jelas dan hidup.
  • Personifikasi: Angin hutan cemara dipersonifikasikan dalam puisi ini, seolah-olah memiliki kemampuan untuk berbicara dan berinteraksi dengan manusia. Misalnya, "angin hutan cemara / ceramah namun ramah" memberikan karakter manusiawi kepada angin, memperkuat hubungan antara alam dan manusia.
  • Kontrastif dan Progresif: Puisi ini menggunakan teknik kontras untuk menunjukkan perubahan sepanjang hari. Setiap bagian puisi menggambarkan aktivitas angin hutan cemara di waktu yang berbeda, dari pagi hingga sore, dengan tujuan untuk menunjukkan perannya yang beragam dalam kehidupan manusia.
  • Simbolisme: Hutan cemara dan angin berfungsi sebagai simbol dari alam yang memberi kehidupan dan mendukung aktivitas manusia. Angin yang "menderai" dan "tak jemu-jemu menderai" melambangkan kesetiaan dan konsistensi alam dalam menyediakan manfaat untuk manusia.

Makna dan Refleksi

  • Hubungan Harmonis antara Manusia dan Alam: Puisi ini menggarisbawahi pentingnya hubungan harmonis antara manusia dan lingkungan. Angin hutan cemara yang membantu dalam berbagai aspek kehidupan manusia menunjukkan bagaimana alam berkontribusi pada kesejahteraan manusia jika kita memanfaatkannya dengan bijaksana.
  • Kritik Terhadap Pengelolaan Lingkungan: Pesan kritis dalam puisi ini mengingatkan kita tentang tanggung jawab kita terhadap pengelolaan sumber daya alam. Walaupun alam menyediakan banyak manfaat, puisi ini menyoroti bahwa masih ada aspek-aspek yang perlu diperhatikan dan diolah dengan lebih baik.
  • Kecintaan Terhadap Alam: Puisi ini juga mencerminkan kecintaan terhadap alam dan rasa syukur atas keindahan dan manfaat yang diberikannya. Ini mengingatkan pembaca untuk menghargai dan menjaga lingkungan sekitar mereka sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.
Puisi "Angin Hutan Cemara" karya L.K. Ara adalah sebuah karya yang kaya akan deskripsi dan simbolisme, menggambarkan hubungan yang mendalam antara manusia dan alam. Dengan menggunakan gaya bahasa yang jelas dan personifikasi, puisi ini tidak hanya mengungkapkan keindahan alam, tetapi juga menyampaikan pesan penting tentang pengelolaan sumber daya dan hubungan harmonis dengan lingkungan. Melalui puisi ini, L.K. Ara mengajak pembaca untuk merenung dan menghargai peran alam dalam kehidupan mereka serta tanggung jawab kita untuk melindungi dan mengelola sumber daya alam dengan bijaksana.

Puisi
Puisi: Angin Hutan Cemara
Karya: L.K. Ara

Biodata L.K. Ara:
  • Nama lengkap L.K. Ara adalah Lesik Keti Ara.
  • L.K. Ara lahir di Kutelintang, Takengon, Aceh Tengah, 12 November 1937.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Padamkan Bagai suara ibuku Ia berbisik Padamkan lampu Kunci pintu Lalu tidurlah Aku lelah Lalu aku padamkan lampu Dan ia tidur Dalam gelap O tubuh puala…
  • Ke Laut Ia pergi ke laut Mencari ombak Mencari kabut Jutaan helai rambut Gugur dari angkasa Dari langit luka Menerpa wajahnya Ketika mengaduh Sebelum r…
  • Menasah Kecil Ketika usia semakin menua Dan hidup disibukkan kota jelaga Tiba-tiba aku ingin berada Di desa kecil desaku dulu Yang ketika masih kanak-kanak Sh…
  • Untuk Do Karim Pagi ini Seperti ada yang menitik ke bumi Barangkali embun Atau gerimis sunyi Atau desah syair sepi Pagi ini Seperti ada yang bergumam di bu…
  • Dengan Setia yang Marak Biar perjalanan jauh masih Dan badan terkulai lunglai Namun hasrat jati di hati Tetap marak pada tujuan Kemboja di dalam taman Menau…
  • Lewat Embun Lewat embun Lewat sunyi Suara azan subuh itu Menyelinap kamarku Lewat embun Lewat sunyi Air wuduk yang dingin Membersihkan diriku Lewat emb…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.