Puisi: Ada Anak Lelaki Berbaring di Tepi Kali (Karya M. Saribi Afn)

Puisi "Ada Anak Lelaki Berbaring di Tepi Kali" karya M. Saribi Afn mengisahkan tentang seorang anak lelaki yang terbaring di tepi kali dengan latar ..
Ada Anak Lelaki Berbaring di Tepi Kali

Ada anak lelaki berbaring di tepi kali
matanya menatap ke arah matahari
tanpa mengejap dan rambutnya tercelup basah
lumpur kali membasuh tak sudah-sudah

Penduduk kampung merubung membuat dinding berpagar
keharuannya menanya dengan belalak mata berpijar
Siapa dia dan dari mana asalnya?

Adalah ia datang dari punggung pegunungan
beriring tiupan angin selatan
tak berbapa tak berbunda
keduanya meninggal dalam keganasan perang saudara
sewaktu pertahankan dusun kesayangan
bukan atas nama, perintah siapa dan kerna apa
adalah atas kebanggaan dirinya dan tanah luhurnya
atas kesetiaan pada tanah yang dicintainya

Ia pergi ngembara ke segala pojok penjuru
datang di sini dengan dada pedat damba
bahwa kota ini akan memberinya kasih yang hangat
dan salam baik dari manusia sewarga
dari kulit dan darah yang sewarna
Tapi dunia ini begitu kejam dan melindas tuntas
tak satupun tangan terulur baginya

Duka yang datang adalah duka yang paling hitam
mencabut semangat hidupnya kala turun hujan senja
di mana darah mentari tak lagi punya tenaga
tak sebatangpun lalang menyaksikan sekaratnya
tak sebuahpun buah tomat mengucurkan air mata

Ada anak lelaki berbaring di tepi kali
matanya menatap ke arah mentari
tulang busuk digenggam erat di tangan kiri
tubuhnya kaku dan tulang itu tak bisa dilepas lagi

Sumber: Manifestasi: Antologi 30 Sajak (1963)

Analisis Puisi:

Puisi "Ada Anak Lelaki Berbaring di Tepi Kali" karya M. Saribi Afn mengisahkan tentang seorang anak lelaki yang terbaring di tepi kali dengan latar belakang penuh tragedi dan kehilangan. Puisi ini mengandung makna yang dalam dan menggambarkan penderitaan, kesepian, serta ketidakadilan yang dialami oleh sang anak.

Tema Kesepian dan Penderitaan

Tema utama dalam puisi ini adalah kesepian dan penderitaan yang dialami oleh seorang anak yang kehilangan kedua orang tuanya akibat perang saudara. Anak tersebut mencari tempat berlindung dan kasih sayang di kota, namun hanya menemukan dunia yang kejam dan tidak peduli. Tema ini menunjukkan ketidakadilan dan kekerasan yang sering dihadapi oleh anak-anak yang menjadi korban konflik.

Gambaran Sosial dan Kritik Sosial

Puisi ini juga menggambarkan keadaan sosial di mana masyarakat cenderung tidak peduli terhadap penderitaan individu yang terlantar. Penduduk kampung hanya "merubung membuat dinding berpagar," menunjukkan rasa ingin tahu mereka tanpa memberikan bantuan nyata. Ini adalah kritik sosial terhadap ketidakpedulian masyarakat dan bagaimana mereka sering kali hanya menjadi penonton dari tragedi yang terjadi di sekitar mereka.

Penggunaan Simbol dan Imaji

Simbolisme dalam puisi ini sangat kuat. Anak lelaki yang berbaring di tepi kali dengan "mata menatap ke arah matahari tanpa mengejap" menggambarkan keputusasaan dan hilangnya harapan. Rambutnya yang tercelup basah dan lumpur kali yang membasuh menggambarkan kondisi fisik dan emosionalnya yang terpuruk. Tulang busuk yang digenggam erat di tangan kiri pada akhir puisi melambangkan kematian dan ketidakmampuan untuk melepaskan masa lalu yang menyakitkan.

Latar Belakang Perang dan Kehilangan

Latar belakang perang saudara dan kehilangan orang tua merupakan elemen penting dalam puisi ini. Anak lelaki tersebut berasal dari "punggung pegunungan" dan kehilangan kedua orang tuanya yang meninggal dalam perang saat mempertahankan dusun kesayangan mereka. Hal ini menunjukkan dampak destruktif dari perang dan bagaimana anak-anak menjadi korban yang paling rentan.

Konflik Batin dan Harapan yang Pupus

Konflik batin sang anak terungkap melalui pencariannya akan kasih sayang dan tempat berlindung yang tidak pernah ia temukan. Ia datang ke kota dengan harapan mendapatkan "kasih yang hangat" dan "salam baik dari manusia sewarga," namun hanya menemukan dunia yang "begitu kejam dan melindas tuntas." Puisi ini menggambarkan bagaimana harapan sang anak pupus dan ia akhirnya menyerah pada keputusasaan.

Gaya Bahasa dan Struktur

Gaya bahasa puisi ini sederhana namun penuh dengan emosi dan makna. Penggunaan frasa seperti "dukanya adalah duka yang paling hitam" dan "darah mentari tak lagi punya tenaga" memberikan kekuatan emosional yang mendalam. Struktur puisi yang naratif mengalir dengan baik, membawa pembaca melalui kisah tragis sang anak dengan ritme yang menyentuh.

Puisi "Ada Anak Lelaki Berbaring di Tepi Kali" karya M. Saribi Afn adalah puisi yang kuat dan menggugah perasaan, mengisahkan tragedi, kesepian, dan ketidakadilan yang dialami oleh seorang anak korban perang. Melalui penggunaan simbolisme yang kuat, latar belakang yang tragis, dan kritik sosial yang tajam, puisi ini berhasil menyampaikan pesan tentang pentingnya kepedulian dan kasih sayang dalam menghadapi penderitaan manusia. Puisi ini mengingatkan kita akan realitas pahit yang sering diabaikan dan mengajak kita untuk lebih peduli terhadap sesama.

M. Saribi Afn
Puisi: Ada Anak Lelaki Berbaring di Tepi Kali
Karya: M. Saribi Afn

Biodata M. Saribi Afn:
  • Nama lengkap M. Saribi Afn adalah Mohammad Saribi Affandi.
  • M. Saribi Afn lahir di Ngawonggo, Klaten, pada tanggal 15 Desember 1936.
© Sepenuhnya. All rights reserved.