Puisi: Seekor Rama-Rama (Karya Upita Agustine)

Melalui keindahan bahasa dan kekompakan kata-kata, Upita Agustine menciptakan puisi yang mengundang pembaca untuk merenungkan tentang perubahan, ...
Seekor Rama-Rama
(Kepada alm. R.A. Kartini)


Seekor rama-rama
Membuka jendela
Robek sayapnya
Ditiup nafas yang tertahan
Dalam luka yang pedih
Luka kita
Sampai kini

1978

Sumber: Sunting (1995)

Analisis Puisi:
Puisi "Seekor Rama-Rama" karya Upita Agustine adalah sebuah karya yang singkat namun sarat dengan makna. Dengan bahasa yang padat, puisi ini menggambarkan peristiwa singkat sekaligus menyampaikan pesan mendalam.

Simbolisme Rama-Rama: Rama-Rama sering kali dianggap sebagai simbol transformasi dan keindahan. Dalam puisi ini, rama-rama yang membuka jendela dan merobek sayapnya dapat diartikan sebagai perubahan dan pembebasan diri. Sayap yang robek mungkin mencerminkan rintangan atau luka yang dialami dalam proses transformasi.

Jendela sebagai Pintu Gerbang: Tindakan membuka jendela dapat diartikan sebagai membuka pintu gerbang menuju sesuatu yang baru atau kebebasan. Hal ini mengisyaratkan bahwa proses transformasi terjadi melalui pembukaan diri pada pengalaman dan perubahan, meskipun dapat menyebabkan luka.

Nafas yang Tertahan: Nafas yang tertahan memberikan nuansa ketegangan dan perasaan yang terpendam. Puisi ini menciptakan gambaran tentang momen di mana pembebasan atau transformasi terjadi, dan seiring dengan itu, hembusan nafas yang telah lama tertahan dilepaskan.

Luka Bersama: Dengan mencakup frase "Dalam luka yang pedih, Luka kita," puisi ini mengindikasikan bahwa rama-rama tidak hanya mewakili individu tertentu, tetapi juga mewakili pengalaman yang bersifat universal. Luka yang pedih dan pengalaman yang terasa oleh rama-rama dapat mencerminkan kemanusiaan dan kehidupan secara umum.

Keterbatasan dan Kebebasan: Puisi ini menciptakan gambaran tentang kebebasan yang dicapai melalui perjuangan dan pengorbanan, diwakili oleh rama-rama yang merobek sayapnya. Namun, di sisi lain, luka yang dihasilkan dari proses tersebut menggarisbawahi bahwa kebebasan seringkali tidak datang tanpa keterbatasan atau perjuangan.

Kemudahan dan Kesulitan Transformasi: Dengan menggambarkan rama-rama, puisi ini menghadirkan citra transformasi yang sering kali dianggap sebagai proses alami dan indah. Namun, dengan menyertakan luka, puisi ini juga mengingatkan kita bahwa transformasi seringkali melibatkan kesulitan dan pengorbanan.

Kehadiran Waktu: Kehadiran frasa "Sampai kini" menambah dimensi waktu pada puisi ini. Hal ini menunjukkan bahwa proses transformasi dan pemulihan tidak selalu instan, dan bekas luka dapat terus dirasakan seiring berjalannya waktu.

Melalui keindahan bahasa dan kekompakan kata-kata, Upita Agustine menciptakan puisi yang mengundang pembaca untuk merenungkan tentang perubahan, perjuangan, dan keindahan di dalamnya. Puisi ini mengajak kita untuk memahami bahwa transformasi bukanlah proses yang mudah, tetapi seringkali membawa kebebasan dan keindahan yang baru.

Upita Agustine
Puisi: Seekor Rama-Rama
Karya: Upita Agustine

Biodata Upita Agustine:
  • Prof. Dr. Ir. Raudha Thaib, M.P. (nama lengkap Puti Reno Raudhatul Jannah Thaib atau nama pena Upita Agustine) lahir pada tanggal 31 Agustus 1947 di Pagaruyung, Tanah Datar, Sumatra Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.