Puisi: Pembuat Nisan (Karya Kirdjomuljo)

Puisi "Pembuat Nisan" karya Kirdjomuljo menggambarkan upaya penyair untuk memahami dan mengatasi kematian melalui karya dan refleksi, namun tetap ...
Pembuat Nisan

(I)

Sekali setahun aku bertanya
begitu dia yakin kematian akan selalu tiba
begitu dia percaya kematian selalu berpinta

Dirautnya batu-batu berhari-hari
dalam ketiadaan ngeri
memandang kematian seperti angin

Lewat dan tidak membekas
datang dan tidak menjejak

(II)

Dalam kegelisahannya ia berkata
bulan sangat sunyi dari orang mati
dan ia mengharap dalam diamnya

Dalam kegelisahannya ia berlagu
kupahat batu jadi nisan
entah siapa akan memakai

Kupahat batu jadi nisan
tapi bulan sangat sunyi dari kematian

(III)

Mereka berpinta mati
tapi aku berpaling menanggung getar
kalau sampai waktu itu

Dan belum kucapai diri

Sumber: Romansa Perjalanan (1979)

Analisis Puisi:

Puisi "Pembuat Nisan" karya Kirdjomuljo adalah sebuah karya yang mendalam dan reflektif mengenai kematian, eksistensi, dan ketidakpastian hidup. Melalui puisi ini, Kirdjomuljo mengeksplorasi tema kematian dengan menggunakan simbolisme dan narasi yang menyentuh.

Bagian (I): Kematian sebagai Konstanta dan Ketidakpastian

Bagian pertama puisi ini mengangkat tema kematian sebagai sesuatu yang tak terhindarkan dan konstan. Penyair mengungkapkan keteraturan dan kepastian kematian yang datang setiap tahun, namun tetap terasa samar dan tidak membekas.

"Sekali setahun aku bertanya begitu dia yakin kematian akan selalu tiba begitu dia percaya kematian selalu berpinta"

Kalimat ini menunjukkan sikap keputusasaan dan rasa penasaran yang berulang terhadap kematian. Meskipun kematian adalah sesuatu yang pasti, penyair menggambarkan bagaimana kematian sering kali terasa tidak nyata dan tidak berbekas dalam kehidupan sehari-hari.

"Dirautnya batu-batu berhari-hari dalam ketiadaan ngeri memandang kematian seperti angin Lewat dan tidak membekas datang dan tidak menjejak"

Simbol batu yang diraut menggambarkan usaha untuk mempersiapkan sesuatu yang kekal, seperti nisan, sebagai bentuk pengakuan terhadap kematian. Namun, meskipun usaha tersebut ada, kematian tetap terasa seperti angin—sesuatu yang datang dan pergi tanpa meninggalkan jejak yang nyata.

Bagian (II): Kegelisahan dan Karya

Bagian kedua puisi ini mengeksplorasi kegelisahan dan ketidakpastian penyair terhadap kematian. Kegelisahan ini diungkapkan melalui imaji bulan yang sunyi dan proses pembuatan nisan.

"Dalam kegelisahannya ia berkata bulan sangat sunyi dari orang mati dan ia mengharap dalam diamnya"

Penyair merasa bahwa bulan—sebagai simbol malam dan kematian—adalah entitas yang terpisah dari orang mati, menciptakan jarak dan ketidakpastian antara kehidupan dan kematian. Kegelisahan ini tampak jelas dalam harapan dan keragu-raguan penyair.

"Dalam kegelisahannya ia berlagu kupahat batu jadi nisan entah siapa akan memakai Kupahat batu jadi nisan tapi bulan sangat sunyi dari kematian"

Pembuatan nisan sebagai simbol usaha untuk memberi makna atau pengakuan terhadap kematian, namun tetap merasakan jarak emosional dan spiritual dari kematian itu sendiri. Penyair berusaha menciptakan sesuatu yang abadi, tetapi merasa bahwa karyanya tidak akan pernah sepenuhnya mencerminkan atau mengatasi kematian.

Bagian (III): Penerimaan dan Ketidakpastian

Bagian terakhir puisi ini mengungkapkan konflik internal penyair dalam menghadapi kematian dan eksistensi.

"Mereka berpinta mati tapi aku berpaling menanggung getar kalau sampai waktu itu"

Ada rasa keterasingan dan ketidakmampuan untuk sepenuhnya menerima kematian. Penyair merasa tertekan oleh harapan dan permintaan orang lain terkait kematian, tetapi merasa tidak siap atau tidak mampu menghadapi realitas tersebut.

"Dan belum kucapai diri"

Kalimat ini menandakan bahwa penyair merasa dirinya belum siap atau belum mencapai pemahaman penuh tentang kematian dan eksistensi sebelum akhirnya tiba saatnya. Ada rasa ketidaklengkapan dan ketidaksiapan yang mendalam.

Puisi "Pembuat Nisan" karya Kirdjomuljo adalah eksplorasi mendalam mengenai kematian, eksistensi, dan kegelisahan. Melalui penggunaan simbolisme seperti batu dan bulan, serta narasi tentang pembuatan nisan, Kirdjomuljo menyampaikan perasaan ketidakpastian dan keputusasaan dalam menghadapi kematian. Puisi ini menggambarkan upaya penyair untuk memahami dan mengatasi kematian melalui karya dan refleksi, namun tetap merasa terasing dan tidak siap menghadapi kenyataan tersebut. Ini adalah karya yang mengundang pembaca untuk merenung tentang ketidakpastian hidup dan bagaimana kita menghadapi kematian.

Kirdjomuljo
Puisi: Pembuat Nisan
Karya: Kirdjomuljo
Biodata Kirdjomuljo:
  • Edjaan Tempo Doeloe: Kirdjomuljo
  • Ejaan yang Disempurnakan: Kirjomulyo
  • Kirdjomuljo lahir pada tanggal 1 Januari 1930 di Yogyakarta.
  • Kirdjomuljo meninggal dunia pada tanggal 19 Januari 2000 di Yogyakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.