Puisi: Ode Pemakaman (Karya Mansur Samin)

Puisi "Ode Pemakaman" karya Mansur Samin menggambarkan kehadiran dan penghormatan masyarakat terhadap seseorang yang telah meninggal dunia.
Ode Pemakaman

Inilah kami tiap lapisan warga kotamu
yang datang kemari dari segala penjuru
untuk menyampaikan salam duka kami
saat jenazahmu diantar ke tempat terakhir

Lihatlah kami yang berdiri sepanjang tepi tepi jalan ini
terdiri dari buruh, pelajar, prajurit
bapa tani, pedagang, pengarang dan penyair
yang tak sempat mengenalmu dengan baik
tapi saling mengerti untuk siapa kau mati

Kami telah saksikan kau seharian demonstrasi
berkelahi dengan berani untuk kepentingan kami
padahal tak tentu tidur dan makan cuma sekali
dalam meneruskan perlawanan
sebagai amanat rakyat yang minta kebenaran

Biarkanlah kami bicara lewat hati yang berdetak
turut menyampaikan belasungkawa penuh ketulusan
Biarkanlah kami berbicara lewat kesunyian yang menyesak
sebab percaya nasib kamilah yang kau pertaruhkan

Lihatlah itu cakrawala kesumba di kejauhan
mega-mega pucat, matari mendung bagai mengucap selamat jalan
Lihatlah itu, ibu-ibu, anak-anak mengulurkan air dan rambutan
karena duka tak bertahan, mereka melambai tangan dikepalkan
sebagai pembecak, turun pekur, membuka topi penuh hidmat

Kami telah baca bunyi spanduk yang berkibaran
berisi kata-kata nurani kami yang disimpan seharian
Kami telah melihat jaket kuning terpancang di tiang
berdarah kering, darahmulah itu darah yang jujur
mewakili darah rakyat, darah yang lapar dan tulus

Lihatlah mobil-mobil terus datang di belakang
beribu teman mengantar jenazahmu ke makam
Lihat setiap pintu jalan Diponegoro yang panjang
beribu jiwa, beribu kepala
mendengar khusuk riwayatmu dibaca penuh kesyahduan

Lewat bendera kabung setengah tiang
kami sampaikan salam duka yang dalam
ini pengorbanan, ini ketulusan
selalu kami kenang, kami tak lupakan

Sumber: Angkatan 66 (1968)

Analisis Puisi:

Puisi "Ode Pemakaman" karya Mansur Samin adalah sebuah persembahan duka yang menggambarkan kehadiran dan penghormatan masyarakat terhadap seseorang yang telah meninggal dunia. Puisi ini memperlihatkan kesatuan dan solidaritas dalam memperingati dan menghormati kepergian individu tersebut.

Solidaritas dan Kesatuan: Puisi ini mencerminkan solidaritas dan kesatuan masyarakat dalam menghadapi kematian seseorang. Berbagai lapisan masyarakat, dari buruh hingga prajurit, berkumpul untuk mengantar jenazah ke tempat peristirahatan terakhirnya. Ini menunjukkan adanya penghargaan yang merata dari berbagai kalangan terhadap individu yang telah meninggal.

Pengorbanan dan Perjuangan: Penyair menyoroti pengorbanan dan perjuangan individu yang telah meninggal. Mereka digambarkan sebagai orang yang telah berjuang untuk kepentingan masyarakat, bahkan dengan mengorbankan tidur dan makan hanya demi meneruskan perlawanan yang mereka anjurkan. Hal ini menunjukkan keberanian dan ketulusan individu tersebut dalam memperjuangkan kebenaran.

Persembahan Duka: Puisi ini menggambarkan persembahan duka yang penuh dengan ketulusan dan kehormatan. Masyarakat berbicara dengan hati yang berdetak dan kesunyian yang menyesak, mengekspresikan belasungkawa mereka dengan penuh ketulusan. Mereka turut merasakan duka yang tak bertahan, tetapi juga menghormati pengorbanan individu tersebut.

Simbolisme Alam dan Kehidupan Sosial: Penyair menggunakan simbolisme alam, seperti langit yang mendung dan matahari yang terbenam, untuk menciptakan suasana kesedihan dan perpisahan. Air dan rambutan yang ditawarkan oleh ibu-ibu dan anak-anak melambangkan simbol tradisional persembahan duka dan penghormatan.

Penghargaan dan Pengingatan: Puisi ini diakhiri dengan penghargaan dan pengingatan terhadap individu yang telah meninggal. Bendera setengah tiang, mobil-mobil yang terus berdatangan, dan riwayat yang dibacakan dengan kesyahduan adalah penghormatan terakhir dari masyarakat kepada individu yang telah berjuang dan mengorbankan dirinya.

Puisi "Ode Pemakaman" tidak hanya menggambarkan penghormatan terakhir terhadap individu yang telah meninggal, tetapi juga memperingati pengorbanan dan perjuangan yang mereka lakukan untuk masyarakat. Ini adalah sebuah pengakuan akan nilai-nilai solidaritas, pengorbanan, dan kesatuan dalam kehidupan sosial masyarakat.

Mansur Samin - Horison
Puisi: Ode Pemakaman
Karya: Mansur Samin

Biodata Mansur Samin:
  • Mansur Samin mempunyai nama lengkap Haji Mansur Samin Siregar;
  • Mansur Samin lahir di Batang Toru, Tapanuli Selatan, Sumatra Utara pada tanggal 29 April 1930;
  • Mansur Samin meninggal dunia di Jakarta, 31 Mei 2003;
  • Mansur Samin adalah anak keenam dari dua belas bersaudara dari pasangan Haji Muhammad Samin Siregar dan Hajjah Nurhayati Nasution;
  • Mansur Samin adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.