Analisis Puisi:
Puisi "Museum Sangiran" karya Bambang Widiatmoko menghadirkan gambaran yang mengesankan tentang situs arkeologi Sangiran, yang terkenal karena penemuan fosil manusia purba di Indonesia.
Kedalaman Sejarah: Puisi ini membawa pembaca ke masa lampau yang jauh, lebih dari 2 juta tahun yang lalu, ketika Sangiran masih merupakan dasar laut. Ini menunjukkan kedalaman sejarah manusia dan bumi tempat kita tinggal.
Sangiran sebagai Simbol Evolusi: Sangiran di sini tidak hanya dipandang sebagai situs arkeologi, tetapi juga sebagai simbol evolusi manusia. Penggambaran Sangiran yang berubah dari dasar laut menjadi daratan menggambarkan perubahan besar dalam sejarah geologi dan evolusi manusia.
Refleksi tentang Manusia Purba: Dalam puisi ini, Sangiran mengingatkan kita pada Homo erectus, salah satu spesies manusia purba yang diyakini hidup di masa lalu. Hal ini menciptakan ruang bagi refleksi tentang asal-usul manusia dan perjalanan evolusi mereka.
Pertanyaan tentang Nasib Manusia: Penyair menanyakan pertanyaan yang mendalam tentang nasib manusia di bumi yang terus berevolusi. Apakah kita, sebagai manusia modern, masih mengalami nasib yang sulit dipahami seperti yang dialami oleh Homo erectus di masa lalu?
Penghormatan terhadap Warisan Budaya: Puisi ini juga mencerminkan penghormatan terhadap warisan budaya dan pengetahuan arkeologi. Museum Sangiran dianggap sebagai salah satu situs arkeologi paling penting di Indonesia, dan puisi ini memberikan penghargaan atas pentingnya situs ini dalam memahami sejarah manusia.
Dengan demikian, puisi "Museum Sangiran" karya Bambang Widiatmoko merupakan sebuah puisi yang mengajak kita merenung tentang asal-usul manusia, evolusi, dan warisan budaya yang penting bagi pemahaman sejarah dan identitas manusia.