Puisi: Kaca (Karya Fridolin Ukur)

Puisi "Kaca" menekankan bahwa, pada akhirnya, yang benar-benar berharga dalam kehidupan ini adalah cinta yang tulus dan pengorbanan yang kita ...
Kaca

Hari ini seperti sebuah kaca
cermin masa silam;
tampak lagi semua yang kita alami
bertaut sampai kini
yang kita harapkan bukan lagi mimpi
tapi pengalaman kembara bersama
sepanjang jalan kenangan
seperti hari itu — empat puluh tahun lalu —
juga hari ini, hangatnya kemesraan
sebening kasih yang tetap putih

    Telah banyak nama yang mulai terlupa
    banyak warna yang mulai tak terbeda
    kecuali yang satu ini:
    rohmu kian memeta dalam hatiku
    jiwaku kian menyatu dengan sukmamu.

Lalu hari-hari kesulitan
selalu bertaut keriaan dan kerelaan.

    Kini, tulang-tulang sudah mulai keropos
    kulit juga mulai memberi tanda keriput
    rambut kita pun telah banyak hiasan melatinya,
    jejari juga mulai gemetar;

Namun tempaan waktu, membuat
puisi kehidupan kian matang
tentang penyerahan dan cinta

    Kita memang tak punya apa-apa
    Kecuali cinta!

Jakarta, 11 Juli 1999

Analisis Puisi:
Puisi "Kaca" karya Fridolin Ukur adalah sebuah karya yang memperlihatkan kedalaman pengalaman hidup dan refleksi tentang perjalanan panjang hubungan antara dua individu. Melalui metafora kaca, penyair membawa pembaca untuk merenung tentang perubahan, keabadian, dan makna cinta dalam kehidupan.

Metafora Kaca sebagai Cermin Masa Silam: Penyair menggunakan metafora kaca untuk menggambarkan waktu dan ingatan. Kaca memantulkan masa lalu, mengingatkan pada pengalaman yang telah dilewati bersama. Cermin masa silam itu menyoroti perjalanan hidup, memperlihatkan bagaimana semua pengalaman itu bertaut dalam kisah cinta yang panjang.

Pengalaman Hidup sebagai Penggabungan Jiwa: Penyair menggambarkan bagaimana pengalaman hidup telah menyatukan dua jiwa. Meskipun usia telah bertambah, dan tanda-tanda penuaan mulai muncul, tetapi hubungan ini tetap kuat dan utuh. Penggabungan jiwa ini tercermin dalam perjalanan hidup yang dijalani bersama, dalam kesusahan maupun kesenangan.

Penyerahan dan Kematangan Cinta: Penyair menyoroti kedalaman cinta dan kesediaan untuk menyerahkan diri sepenuhnya kepada pasangan. Walaupun tidak memiliki harta, kekuasaan, atau kekayaan materi, namun cinta yang mereka miliki sangatlah berharga. Puisi ini menggarisbawahi pentingnya cinta dalam menjalani kehidupan, sebagai pilar yang kuat di tengah tantangan dan keterbatasan.

Perjalanan Kehidupan yang Matang: Puisi ini juga menggambarkan bagaimana perjalanan hidup dapat menguatkan dan memberi pengalaman. Penyair mengakui bahwa walaupun tubuh telah menua, namun pikiran dan hati telah matang dalam cinta dan pengertian. Ini menggambarkan bahwa waktu adalah guru terbaik yang membuat cinta semakin berharga dan maknanya semakin dalam.

Puisi "Kaca" adalah sebuah perjalanan melalui kehidupan, diceritakan melalui lensa cinta yang abadi. Penyair menghadirkan gambaran tentang kedalaman hubungan dan kebijaksanaan yang diperoleh dari pengalaman hidup. Puisi ini menekankan bahwa, pada akhirnya, yang benar-benar berharga dalam kehidupan ini adalah cinta yang tulus dan pengorbanan yang kita berikan kepada sesama.

Puisi
Puisi: Kaca
Karya: Fridolin Ukur

Biodata Fridolin Ukur:
  • Fridolin Ukur lahir di Tamiang Layang, Kalimantan Tengah, pada tanggal 5 April 1930.
  • Fridolin Ukur meninggal di Jakarta, pada tanggal 26 Juni 2003 (pada umur 73 tahun).
© Sepenuhnya. All rights reserved.