Humbalang
Angin tergugah menjelang pagi
Tak sempat menyapa
Tapi kudengar bumi terjaga
Halimun tersibak fajar
Sekali ini ada tangan mengusap dada
Secercah mata
Pasti ia si perantau yang dihumbalang takdir
Hendak membuka-buka lembaran hari
Lalu melangkah seperti burung jenjang
Ah, silakan, silakan engkau mengucap pamit
Sampai ketemu di samar senja
Mungkinkah angin menggerebak merusak pagi
Dan sepanjang hari aku akan tinggal di rumah
Kau tak lagi kuingat
Karena di ujung musim angin berpusar arah
Awan bagaikan terban, bergulung kelabu basah
Mamang angin bangkit menggertak hari
Kudengar desaunya
Kubaca geram galaunya
Memang, memang ada iramanya
Karena ingat pesan si perantau salih:
Tak ada, tak ada hari yang naas
Kapan angin melanda sore
Ia pun pulang dengan langkah burung jenjang
Tak selembar bulu tercabik
Hanya matanya berdebu, tapi suaranya bangga:
Aku tahu makna kutuk prahara
Sekali saat daun-daun coklat gugur
Dengan irama iringan menggersik
Membungkah warna-warna baru kelopak bunga
Diriku diam
Tak menyela.
Sumber: Garis Putih (1983)
Puisi: Humbalang
Karya: Sugiarta Sriwibawa
Biodata Sugiarta Sriwibawa:
- Sugiarta Sriwibawa lahir di Surakarta, pada tanggal 31 Maret 1932.