Puisi: Dyah Tantri (Karya Kirdjomuljo)

Puisi "Dyah Tantri" karya Kirdjomuljo menggambarkan bagaimana alam dan diri manusia saling mengungkapkan, serta bagaimana puisi menjadi medium yang ..
Dyah Tantri

Padanya ada satu alam
yang mengungkap hati terbenam
dan melupakan dua kehendak
buat tidur dan tidur

Tidur karena melihat diri
membayang dalam ungkapan
menusuk dan menusuk
ia menatap muka sendiri

Begitu sebenarnya puisi
berkata dalam ungkapan
atas alam
atas diri

Sumber: Romansa Perjalanan (1979)

Analisis Puisi:

Puisi "Dyah Tantri" karya Kirdjomuljo merupakan refleksi mendalam tentang hubungan antara alam, diri, dan puisi itu sendiri. Melalui ungkapan sederhana namun penuh makna, puisi ini menggambarkan bagaimana alam dan diri manusia saling mengungkapkan, serta bagaimana puisi menjadi medium yang menyatukan keduanya. Kirdjomuljo menggunakan citra alam dan introspeksi diri untuk menjelajahi tema-tema yang lebih dalam tentang kesadaran, eksistensi, dan esensi dari puisi itu sendiri.

Alam dan Diri: Dualitas yang Terhubung

Pembukaan puisi ini, "Padanya ada satu alam / yang mengungkap hati terbenam," menggambarkan alam sebagai entitas yang mampu mengungkapkan kedalaman hati manusia. Alam di sini tidak hanya berupa lingkungan fisik tetapi juga simbol dari segala sesuatu yang ada di luar diri kita, yang memiliki kekuatan untuk mempengaruhi dan menggugah emosi serta pikiran kita. "Hati terbenam" mencerminkan perasaan yang tenggelam dalam kedalaman emosi, mungkin akibat dari introspeksi atau kontemplasi yang mendalam. Alam dalam puisi ini berfungsi sebagai cermin yang memantulkan kembali perasaan terdalam manusia.

Dua Kehendak: Tidur dan Tidur

Baris berikutnya, "dan melupakan dua kehendak / buat tidur dan tidur," menyoroti dualitas dalam kehendak manusia. Tidur dalam konteks ini dapat diartikan sebagai keinginan untuk melarikan diri dari realitas atau keinginan untuk menemukan ketenangan dan kedamaian. Dengan mengulang kata "tidur," Kirdjomuljo menekankan kebutuhan manusia akan istirahat, baik secara fisik maupun mental, dari hiruk-pikuk kehidupan. Namun, melupakan dua kehendak ini mungkin juga mengindikasikan bahwa manusia sering kali terjebak antara dua pilihan atau dilema dalam hidup, yang membuat mereka terjebak dalam kebingungan atau ketidakpastian.

Introspeksi dan Refleksi Diri

Bagian tengah puisi, "Tidur karena melihat diri / membayang dalam ungkapan / menusuk dan menusuk / ia menatap muka sendiri," menggambarkan proses introspeksi di mana seseorang menghadapi dirinya sendiri. "Melihat diri membayang dalam ungkapan" menandakan proses refleksi di mana seseorang melihat kembali dirinya dalam kata-kata atau tindakan yang telah dilakukannya. Ini adalah momen di mana individu menyadari sisi terdalam dari dirinya, yang bisa menjadi menyakitkan atau menggelisahkan, seperti ditunjukkan oleh kata "menusuk." Proses ini adalah bagian dari perjalanan untuk memahami diri sendiri, di mana seseorang harus menatap langsung pada cerminan diri, walaupun itu sulit atau menyakitkan.

Puisi sebagai Ungkapan

Penutup puisi ini, "Begitu sebenarnya puisi / berkata dalam ungkapan / atas alam / atas diri," memberikan penjelasan tentang esensi puisi menurut Kirdjomuljo. Puisi dilihat sebagai medium yang mengungkapkan baik alam maupun diri, menjadi jembatan antara keduanya. Puisi adalah cara di mana alam dan diri manusia dapat diekspresikan dan dipahami, melalui ungkapan yang mendalam dan penuh makna. Puisi, dalam pandangan Kirdjomuljo, adalah alat untuk mengeksplorasi dan mengungkapkan realitas dunia dan realitas batin.

Puisi "Dyah Tantri" adalah puisi yang menyelami hubungan kompleks antara alam, diri, dan seni puisi itu sendiri. Melalui bahasa yang penuh makna dan simbolisme, Kirdjomuljo mengajak pembaca untuk merenungkan peran puisi sebagai alat untuk introspeksi dan ekspresi. Alam dalam puisi ini bukan hanya lingkungan sekitar, tetapi juga entitas yang mampu mengungkapkan dan mencerminkan perasaan terdalam manusia. Introspeksi diri yang disimbolkan melalui proses tidur dan refleksi dalam cermin menunjukkan bagaimana puisi bisa menjadi medium yang menyakitkan namun esensial untuk memahami diri sendiri.

Puisi ini mengingatkan kita bahwa dalam setiap ungkapan puisi, ada cerminan dari alam dan diri yang saling terkait, di mana keduanya saling mengungkapkan dan saling melengkapi. Kirdjomuljo menggambarkan puisi sebagai kekuatan yang mampu menyatukan dualitas ini, menciptakan pemahaman yang lebih dalam tentang kehidupan dan eksistensi manusia.

Kirdjomuljo
Puisi: Dyah Tantri
Karya: Kirdjomuljo
Biodata Kirdjomuljo:
  • Edjaan Tempo Doeloe: Kirdjomuljo
  • Ejaan yang Disempurnakan: Kirjomulyo
  • Kirdjomuljo lahir pada tanggal 1 Januari 1930 di Yogyakarta.
  • Kirdjomuljo meninggal dunia pada tanggal 19 Januari 2000 di Yogyakarta.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Dyah Tantri Padanya ada satu alam yang mengungkap hati terbenam dan melupakan dua kehendak buat tidur dan tidur Tidur karena melihat diri membayang dalam ung…
  • Desa Satu tak pernah kutahu apa tersimpan padanya satu tak pernah kukenal apa tersimpan di air mata Merumpun di tengah datar luas menerima segala memberi sega…
  • Pulang Kampung Derak yang melonjakkan langkah telah letih direnggut waktu selangkah makin pelahan selangkah makin pelahan Tapi hati yang dibawa membayang dal…
  • Tidak Ada Jalan Lain Bila akhirnya harus terjadi ajalku yang terhina Ujung tikaman sampai ke ujung usiaku Tidak aku memilih jalan lain. Datang yang hendak datang Mati lewat…
  • Anak Sapi dan Pura Ia bergetar di atas tanah memandangi alam terasa kosong, ada dan melupakan Ia melompat di hijau rumput menempuh jarak dengan gerak gerak d…
  • Pasir Pantai Kering pasir terasa di jejak kaki membakar darah jadi beku Aku melihat diri dalam laut aku melihat laut dalam diri Jauh langit terasa pahit ja…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.