Analisis Puisi:
Puisi "Di Meja Makan" karya Sugiarta Sriwibawa menggambarkan momen di meja makan sebagai metafora dari kehidupan sehari-hari, menyampaikan pesan tentang keseriusan, kehidupan sosial, dan kesadaran dalam menghadapi realitas hidup.
Metafora Meja Makan sebagai Kehidupan: Penyair menggunakan meja makan sebagai metafora kehidupan, menggambarkan kehidupan sehari-hari dan interaksi sosial sebagai suatu acara makan. Seperti surat kaleng yang menyampaikan pesan dan peringatan, meja makan menjadi tempat di mana kita berinteraksi dan bertanya-tanya satu sama lain.
Kesadaran Sosial dan Penerimaan: Puisi ini menggambarkan kesadaran sosial saat orang-orang bertanya satu sama lain di meja makan. Meskipun terdapat keinginan untuk menyampaikan perasaan atau pemikiran tertentu, namun untuk menjaga keharmonisan dan kenyamanan, seringkali tersenyum dan menggeleng dijadikan respon, meskipun hati mungkin berbeda.
Penafsiran dan Keterbatasan Manusia: Penyair menggambarkan bahwa manusia mengalami dan menilai berbagai hal melalui indera dan pemikiran. Namun, dalam realitasnya, tidak semua hal dapat dipecahkan atau dijawab dengan baik. Meskipun mungkin telah menikmati hidangan yang lezat, kenyataannya adalah pengalaman hidup tidak selalu memiliki akhir yang memuaskan atau jelas.
Kesimpulan tentang Kehidupan dan Kenikmatan: Puisi ini menunjukkan bahwa dalam hidup, seringkali kita tidak dapat mencapai kepuasan sepenuhnya. Bagi kenikmatan, seringkali tidak ada akhir yang jelas. Hal ini menyoroti ketidakpastian dan keterbatasan dalam mengekspresikan kebahagiaan atau kepuasan dalam kehidupan.
Puisi "Di Meja Makan" karya Sugiarta Sriwibawa adalah refleksi tentang kehidupan dan interaksi sosial yang dilambangkan sebagai momen di meja makan. Puisi ini menyoroti kesadaran sosial, keterbatasan manusia dalam memahami hidup, dan ketidakpastian dalam meraih kepuasan atau kesenangan dalam kehidupan sehari-hari.