Puisi: Di Kebun Binatang (Karya Ayatrohaedi)

Puisi "Di Kebun Binatang" merupakan sebuah refleksi mendalam tentang kondisi manusia dan hubungannya dengan alam serta sesama makhluk hidup.
Di Kebun Binatang

Mereka yang kelaparan
ilmu, cinta dan alam
atau sekedar hiburan
bertemu di sini
menyaksikan hewan-hewan
yang juga kelaparan
kurang makan.

Ular-ular yang berbisa
harus diasingkan
dalam kerangkeng perkasa
hingga tidak lagi bisa
meracuni kehidupan.

Beruang yang dua kali
pernah lepas dari kandang
dan menerkam anak-anak
mundar-mandir dalam jerjak
yang membatasi ruang gerak.

Serigala jantan itu
sekarang kesepian
dan telah berjatuhan
gigi, taring dan cakarnya
sendirian di dalam kandang.
(Sedang anjing-anjing kampung
bisanya cuma menggonggong
dan rebutan tulang,
jikalau dihalau orang
lari berpencaran
tapi kemudian
rebutan lagi tulang.)

Singa yang tua
dengan gerak-gerak tua
mengaum tua
di kandang yang tua
dan tidak lagi
menakutkan anak-anak
yang memandangnya
sambil ketawa,
dan berjingkrak-jingkrak.

Ada kalanya buaya
naik pula ke darat
asik berjemur
sambil pura-pura tidur
menanti saat yang baik
untuk menyergap pitik
yang datang mendekat
tak berjaga-jaga.

Seekor banteng di kandang
mengasah tanduk yang tumpul
di dalam lumpur kubangan
yang dibuatnya sendiri,
tak berteman, tak berkawan,
cuma sendirian saja.

Ada dua babi hutan
betina dan jantan
menyungkur-nyungkur tanah
mencari cacing lemah sepanjang waktu
dan penuh napsu.

Ringkik anak kuda yang berlari-lari ke sana ke mari
memekakkan telinga para manusia
dan lain-lain hewan di kebun binatang ini.

Mereka yang kelaparan
manusia dan hewan
bertemu di sini setiap hari
saling memandang,
cuma saling memandang.

Sumber: Pabila dan Dimana (1977)

Analisis Puisi:

Puisi "Di Kebun Binatang" karya Ayatrohaedi merupakan sebuah karya sastra yang menghadirkan gambaran metaforis tentang kondisi manusia dan hewan dalam kehidupan yang terbatas dan terkekang. Dengan menggunakan metafora kebun binatang sebagai latar, penyair menciptakan suatu dunia yang melambangkan perjuangan, kekosongan, dan kehausan akan kebebasan dan pemahaman.

Kondisi Manusia dan Hewan: Puisi ini menggambarkan kondisi paradoks antara manusia dan hewan di dalam kebun binatang. Meskipun mereka berbeda spesies, mereka sama-sama merasakan kekurangan dan kekosongan. Kehadiran manusia dan hewan dalam satu tempat menjadi simbol dari kesamaan penderitaan dan kebingungan di dalam dunia yang serba terbatas.

Kelaparan Ilmu, Cinta, dan Alam: Pembukaan puisi dengan baris "Mereka yang kelaparan ilmu, cinta dan alam" menyiratkan kebutuhan yang mendalam akan pengetahuan, kasih sayang, dan hubungan yang berkelanjutan dengan alam. Metafora kelaparan ini menggambarkan kekosongan spiritual dan intelektual yang dirasakan baik oleh manusia maupun hewan di kebun binatang.

Metafora Hewan dalam Kebun Binatang: Setiap deskripsi tentang hewan-hewan dalam kebun binatang membawa pesan tersendiri. Ular yang berbisa, beruang yang agresif, serigala yang kesepian, dan singa yang tidak lagi menakutkan, semuanya merupakan metafora dari keadaan manusia yang terkekang, terasing, dan kehilangan esensi kehidupan mereka.

Simbolisme Interaksi Manusia dan Hewan: Interaksi antara manusia dan hewan di kebun binatang menjadi simbol dari interaksi manusia dengan alam dan sesama manusia. Meskipun saling memandang, mereka tetap terjebak dalam keterbatasan ruang dan waktu yang dipaksakan oleh manusia. Hal ini mencerminkan keadaan dunia yang penuh dengan keterasingan dan kehilangan makna.

Puisi "Di Kebun Binatang" merupakan sebuah refleksi mendalam tentang kondisi manusia dan hubungannya dengan alam serta sesama makhluk hidup. Dengan penggunaan metafora yang kuat, Ayatrohaedi berhasil menyampaikan pesan tentang kekosongan, kehausan, dan paradoks dalam kehidupan modern. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan kembali hubungan mereka dengan alam dan sesama manusia, serta mempertanyakan makna dari kebebasan dan pemahaman yang sejati.

Puisi
Puisi: Di Kebun Binatang
Karya: Ayatrohaedi

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.