Puisi: Dahaga Tanah Pasir (Karya Kirdjomuljo)

Puisi "Dahaga Tanah Pasir" mengajak pembaca untuk merenung tentang perjalanan pribadi mereka sendiri dan proses pencarian yang sering kali mengarah ..
Dahaga Tanah Pasir

Begitulah derak hati
makin jauh menjumpakan alam
makin terasa menjadi dahaga

makin jauh menjumpakan diri
makin terasa menjadi haus

berpusar ke segala arah
mencecap dan mencecap
mengidap dan mengidap

hanya satu tak terlukiskan
di saat titik pencapaian
cairlah seketika
terasa lahirnya
terasa hadirnya

Sumber: Majalah Merdeka (17 Desember 1955)

Analisis Puisi:

Puisi "Dahaga Tanah Pasir" karya Kirdjomuljo merupakan sebuah karya yang menyelami kedalaman perasaan dan pencarian batin melalui metafora dahaga dan haus yang meresap dalam kehidupan. Puisi ini mengeksplorasi tema keresahan dan pencarian makna dalam konteks yang penuh dengan simbolisme dan refleksi.

Metafora Dahaga dan Haus

Puisi ini dimulai dengan menggambarkan "derak hati" yang semakin terasa seiring dengan jarak yang semakin jauh dari alam dan diri sendiri. Metafora dahaga dan haus digunakan untuk menyimbolkan rasa kekurangan atau ketidakpuasan yang mendalam dalam diri manusia:

"makin jauh menjumpakan alam / makin terasa menjadi dahaga"
"makin jauh menjumpakan diri / makin terasa menjadi haus"

Di sini, dahaga dan haus bukan hanya kebutuhan fisik tetapi juga representasi dari pencarian spiritual atau emosional yang mendalam. Rasa dahaga ini menunjukkan kebutuhan untuk menemukan makna atau pemenuhan yang lebih besar dalam hidup.

Pergerakan dan Pencarian

Puisi ini menggambarkan pergerakan yang "berpusar ke segala arah," mencerminkan usaha yang terus-menerus dalam mencari kepuasan atau jawaban:

"berpusar ke segala arah / mencecap dan mencecap / mengidap dan mengidap"

Gerakan berputar dan rasa mencecap serta mengidap menggambarkan usaha yang tiada henti dan kadang-kadang membingungkan dalam pencarian batin. Ini menunjukkan perjuangan yang dialami seseorang ketika mencoba memahami atau memenuhi kebutuhan terdalam mereka.

Titik Pencapaian dan Kelahiran Baru

Di akhir puisi, terdapat sebuah titik pencapaian di mana sesuatu cair dan terasa lahirnya:

"hanya satu tak terlukiskan / di saat titik pencapaian / cairlah seketika / terasa lahirnya / terasa hadirnya"

Titik pencapaian ini menggambarkan saat di mana pencarian mencapai sesuatu yang baru, yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata tetapi terasa sangat nyata. Kelahiran baru di sini bisa jadi merupakan metafora untuk pencerahan atau pemahaman mendalam yang akhirnya ditemukan setelah proses pencarian yang panjang.

Konteks dan Relevansi

Puisi "Dahaga Tanah Pasir" menyajikan refleksi mendalam tentang pencarian makna dan kepuasan dalam kehidupan manusia. Dalam konteks kehidupan modern yang sering kali dipenuhi dengan kesibukan dan gangguan, puisi ini mengingatkan pembaca tentang pentingnya memahami dan menghadapi rasa dahaga emosional atau spiritual yang mungkin ada dalam diri mereka.

Puisi ini juga relevan dalam konteks pencarian diri dan pencerahan. Proses yang digambarkan—dari rasa dahaga dan haus hingga titik pencapaian yang tak terlukiskan—menyiratkan perjalanan spiritual atau emosional yang sering kali diperlukan untuk menemukan makna sejati dalam hidup.

Puisi "Dahaga Tanah Pasir" adalah puisi yang menggali kedalaman rasa dan pencarian batin melalui simbolisme dahaga dan haus. Kirdjomuljo berhasil menyampaikan pesan tentang perjalanan pencarian makna dan pemenuhan dengan menggunakan metafora dan gambaran yang kuat. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang perjalanan pribadi mereka sendiri dan proses pencarian yang sering kali mengarah pada penemuan makna dan pencerahan yang mendalam.

Kirdjomuljo
Puisi: Dahaga Tanah Pasir
Karya: Kirdjomuljo
Biodata Kirdjomuljo:
  • Edjaan Tempo Doeloe: Kirdjomuljo
  • Ejaan yang Disempurnakan: Kirjomulyo
  • Kirdjomuljo lahir pada tanggal 1 Januari 1930 di Yogyakarta.
  • Kirdjomuljo meninggal dunia pada tanggal 19 Januari 2000 di Yogyakarta.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Surat Kabar Ayah saya seorang loper koran yang sama gigihnya dengan wartawan. Deadline nasibnya lebih keras dari deadline tulisan. Ibu suk…
  • Terpisah Racun lagu duka merambat di kelengangan malam kota. Lampu jalanan dipingsankan hujan. Berbaringan rumah-rumah wajahmu di temboknya. Kesepian seperti sepatu besi. M…
  • Sajak Bulan Purnama Bulan terbit dari lautan. Rambutnya yang tergerai ia kibaskan. Dan menjelang tengah malam, wajahnya yang bundar, menyinari gubuk-gubuk kaum …
  • Lagu Angin Jika aku pergi ke timur arahku jauh, ya, ke timur. Jika aku masuk ke hutan aku disayang, ya, di hutan. Aku pergi dan kakiku adalah hatiku. Sekali per…
  • Tikus Banyak orang begitu jijik dan benci pada tikus, tapi perempuan lajang yang tinggal sendirian di rumahnya yang besar itu justru merasa ten…
  • Lagu Duka Ia datang tanpa menetuk lalu merangkulku adapun ia yang licik bernama duka. Ia bulan jingga neraka langit dadaku adapun ia yang laknat bernama duka. Ia…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.