Puisi: Bunda (Karya Bahrum Rangkuti)

Puisi "Bunda" karya Bahrum Rangkuti menggambarkan kerinduan seorang anak terhadap perhatian dan pemahaman ibunya serta mengeksplorasi ...
Bunda

Kemarin aku datang padamu. Di tanganku kain bersulam
dan ketupat santan, masakan mantumu
sehari yang lalu. Tak datang ia bersamaku.
Antara kelian 'lah lama pisah mendalam

Ingin ia mengabdi pada Tuhan, mengangkat mereka
dari kolong jembatan.  Engkau bunda, asyik pada
daki tangan dunia: pemberian kakek Badja Linggai
Pedagang rempah-rempah di kaki gunung pinggir sungai

Aduhai, bunda, meski kau kini ditenung
tamasya gemilang dan dalam kamarmu mendengung
Qur’an dan dzikir; mengapatah menjauh dari cucu-cucumu?

Tidakkah senang bunda, dari engkau jua
asal bibit ini: membina tempat pada sisi Ilahi?
Dan mantumu, amanat ayahanda ketika pindah ke alam baqa ......

3-12-1970

Sumber: Horison (Desember, 1971)

Analisis Puisi:
Puisi "Bunda" karya Bahrum Rangkuti adalah karya sastra yang mencerminkan pertimbangan yang mendalam tentang hubungan antara seorang ibu dan anaknya, serta pengorbanan yang terkait dengan cinta dan kehidupan. Puisi ini memadukan elemen-elemen seperti hubungan keluarga, agama, dan makna hidup.

Hubungan Antara Anak dan Ibu: Puisi ini merujuk kepada hubungan antara seorang anak dan ibunya, yang dalam puisi ini disebut sebagai "Bunda." Puisi ini menunjukkan bahwa anak tersebut mengunjungi ibunya (Bunda) dengan membawa hadiah berupa kain bersulam dan ketupat santan, yang merupakan makanan tradisional. Ini menggambarkan rasa hormat dan kasih sayang anak kepada ibunya. Selain itu, puisi ini menggambarkan perpisahan yang telah lama berlangsung, namun anak tersebut tetap datang menemui ibunya.

Konflik Nilai dan Prioritas: Puisi ini menciptakan konflik antara nilai-nilai kehidupan dunia dan spiritualitas. Anak tersebut merasa bahwa ibunya terlalu sibuk dengan aktivitas spiritual seperti membaca Qur'an dan dzikir, dan menjauh dari cucunya. Sebaliknya, anak tersebut merasa bahwa mengurus cucu-cucunya juga merupakan suatu bentuk pengabdian pada Tuhan. Ini mencerminkan konflik nilai dan prioritas dalam kehidupan seseorang, khususnya antara tanggung jawab keluarga dan kegiatan keagamaan.

Pengorbanan dan Keluarga: Puisi ini menggambarkan pengorbanan ibu yang memilih untuk berkorban demi kehidupan spiritualnya, meninggalkan tanggung jawab terhadap cucu-cucunya. Ini menyiratkan bahwa pengorbanan dalam hubungan keluarga dapat menghadirkan dilema dan konflik nilai. Kehadiran anak tersebut di tengah-tengah puisi menunjukkan kerinduan akan hubungan yang kuat dengan ibunya.

Makna Kehidupan dan Kematian: Puisi ini mengeksplorasi pertanyaan-pertanyaan tentang makna kehidupan dan kematian. Ibu dalam puisi ini tampaknya tenggelam dalam pemikiran agama dan kematian, yang menciptakan ketidaknyamanan dalam hubungan keluarga. Pertanyaan tentang apakah kita bisa menjaga keseimbangan antara kehidupan dunia dan spiritualitas merupakan tema utama yang dijelajahi dalam puisi ini.

Hasrat dan Pemahaman: Puisi ini menyiratkan rasa hasrat seorang anak untuk memahami pilihan ibunya dan merindukan perhatian yang mungkin telah hilang karena keputusan ibunya untuk mendalami kehidupan spiritual. Ini menciptakan rasa penasaran dan keprihatinan anak terhadap ibunya.

Puisi "Bunda" karya Bahrum Rangkuti adalah karya sastra yang memperlihatkan pertentangan nilai dan prioritas dalam kehidupan seorang ibu yang mengejar kehidupan spiritual dalam konteks keluarga. Puisi ini menggambarkan kerinduan seorang anak terhadap perhatian dan pemahaman ibunya serta mengeksplorasi pertanyaan yang mendalam tentang makna hidup dan kematian. Ini adalah perenungan tentang hubungan antara agama, keluarga, dan individu dalam masyarakat.

Bahrum Rangkuti
Puisi: Bunda
Karya: Bahrum Rangkuti

Biodata Bahrum Rangkuti:
  • Bahrum Rangkuti lahir pada tanggal 7 Agustus 1919 di Galang, Deli Serdang, Sumatra Utara.
  • Bahrum Rangkuti meninggal dunia pada tanggal 13 Agustus 1977 di Jakarta.
  • Bahrum Rangkuti adalah salah satu Sastrawan Angkatan '45.
© Sepenuhnya. All rights reserved.