Ada yang baru nih dari Songmont! Tas Elegan dengan Kualitas Terbaik

Puisi: Berikan Daku Belukar (Karya J. E. Tatengkeng)

Puisi "Berikan Daku Belukar" karya J. E. Tatengkeng menggambarkan perubahan yang terjadi dalam masyarakat modern dan kerinduan akan keaslian alam.
Berikan Daku Belukar

Terhanyut oleh aliran zaman,
Aku terdampar di dalam taman,
Kuheran amat,
Memandang tempat!
Di situ nyata kuasa otak,
Taman dibagi berpetak-petak,
Empat segi, tiga segi ...
Yang coreng-moreng tak ada lagi.
Rumput digunting serata-rata,
Licin sebagai birun kaca.
Bunga ditanam beratur-atur,
Tegak sebagai bijian catur.
Jalan digaris selurus-lurus,
Bersih, sehari disapu terus!

        Indahnya taman,
        di mata zaman ...

Dan kalau hari sudah petang,
Ribuan orang ke taman datang,
..............................

Berikan daku Belukar saja,
Tempat aku memuji Rasa.

Sumber: Rindu Dendam (1934)

Analisis Puisi:

Puisi "Berikan Daku Belukar" karya J. E. Tatengkeng adalah sebuah refleksi yang mendalam tentang konflik antara alam dan perkembangan zaman, serta keinginan manusia akan kebebasan dan kedamaian. Dengan menggunakan gambaran taman sebagai metafora, Tatengkeng menggambarkan perubahan yang terjadi dalam masyarakat modern dan kerinduan akan keaslian alam.

Tema Utama

  • Perubahan dalam Zaman: Puisi ini menggambarkan perubahan zaman yang memengaruhi hubungan manusia dengan alam. Gambaran taman yang dibagi-bagi dan diatur dengan rapi mencerminkan dominasi manusia atas alam serta pengaruh modernisasi yang mengarah pada kehilangan keaslian dan keindahan alamiah.
  • Kerinduan akan Keaslian Alam: Melalui permohonan untuk "Belukar saja," penyair mengungkapkan kerinduannya akan keaslian alam yang bebas dan tidak terkendali. Belukar di sini menjadi simbol kebebasan dan keindahan alam yang masih utuh, yang kontras dengan kekakuan dan keteraturan taman yang diatur manusia.
  • Kritik terhadap Peradaban Modern: Puisi ini juga menyiratkan kritik terhadap perkembangan peradaban modern yang sering kali mengorbankan keaslian alam demi kemajuan teknologi dan kemakmuran material. Taman yang diatur rapi dan bersih mencerminkan sterilnya lingkungan urban yang sering kali kehilangan keindahan alamiahnya.

Gaya Bahasa

  • Imajinatif dan Deskriptif: Tatengkeng menggunakan bahasa yang imajinatif dan deskriptif untuk menggambarkan suasana taman dengan detail yang kaya. Gambaran rumput yang digunting serata-rata, bunga yang ditanam beratur-atur, dan jalan yang digaris selurus-lurus memberikan citra yang kuat tentang keteraturan dan kekakuan taman yang diatur manusia.
  • Metafora dan Simbolisme: Taman dalam puisi ini dijadikan metafora untuk masyarakat modern yang teratur dan terkendali. Sementara itu, belukar dijadikan simbol kebebasan dan keaslian alam yang bebas dari intervensi manusia.
Puisi "Berikan Daku Belukar" adalah sebuah puisi yang menggugah kesadaran akan pentingnya menjaga keaslian alam di tengah kemajuan peradaban modern. Tatengkeng dengan indahnya menggambarkan konflik antara alam dan peradaban manusia, serta kerinduan akan kebebasan dan kedamaian yang hanya bisa ditemukan dalam keaslian alam. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang hubungan manusia dengan alam dan pentingnya melestarikan keindahan alamiah untuk generasi mendatang.

Puisi J. E. Tatengkeng
Puisi: Berikan Daku Belukar
Karya: J. E. Tatengkeng

Biodata J. E. Tatengkeng:
  • J. E. Tatengkeng (Jan Engelbert Tatengkeng) adalah salah satu penyair Angkatan Pujangga Baru. Nama panggilan sehari-harinya adalah Om Jan.
  • J. E. Tatengkeng lahir di Kolongan, Sangihe, Sulawesi Utara, 19 Oktober 1907.
  • J. E. Tatengkeng meninggal dunia di Makassar, 6 Maret 1968 (pada umur 60 tahun).
© Sepenuhnya. All rights reserved.