Aku pun Tafakur
Senja terasa panjang membujur
angin dingin melintas, lalu menegur:
berapa umur?
Aku pun tafakur!
Musim yang selalu berganti tak pernah menjadi tua
ikut tertatih latah menyapa:
berapa usia?
Aku pun tafakur!
Mataku menatap jauh penuh rindu
pada perbatasan yang berwarna biru
tak ada yang lebih indah dibayangkan
kecuali yang belum ada
semua yang tidak sia-sia;
betapa di tengah liku luka nestapa
resah haru masih bisa berbunga suka,
betapa di tengah duka derita papa
keping-keping firdaus masih bisa terasa;
karena kesederhanaan adalah pengurbanan dan
ketulusan
melawan kesombongan dan kebohongan;
nurani
hati
mentari
akan terus bersinar
Aku pun tafakur
lalu berkata pada diri:
cukup tafakur!
Basuh dirimu dalam lumpur!
Jakarta, 24 Februari 1996,
peluncuran buku "Kurban yang Berbau Harum",
Festschrift ulang tahunku ke-65 dan 40 tahun pendeta
Puisi: Aku pun Tafakur
Karya: Fridolin Ukur
Catatan:
- Fridolin Ukur lahir di Tamiang Layang, Kalimantan Tengah, pada tanggal 5 April 1930.
- Fridolin Ukur meninggal di Jakarta, pada tanggal 26 Juni 2003 (pada umur 73 tahun).