Puisi: Tukang Kebun (Karya Mansur Samin)

Puisi "Tukang Kebun" karya Mansur Samin adalah sebuah refleksi yang mengharukan tentang hubungan manusia dan waktu, dilihat melalui lensa ...
Tukang Kebun

Betapa sering di sore hari
kami berjumpa di pojok jalan ini
menyajikan senyum dia menghormat mesra sekali
sambil mengetam bunga-bunga: apa kabar sudara?

Kemudian kami jarang berjumpa
hidupku disibuki zaman yang sukar ini
tapi penggantinya tadi menuding arah ke sana
di bawah cemara kini kuburnya alangkah sunyi

Sumber: Dendang Kabut Senja (1985)

Analisis Puisi:

Puisi "Tukang Kebun" karya Mansur Samin adalah sebuah refleksi yang mengharukan tentang hubungan manusia dan waktu, dilihat melalui lensa pertemuan yang sederhana dengan seorang tukang kebun. Dalam analisis ini, kita akan mengeksplorasi makna dan pesan yang terkandung dalam puisi ini.

Tema Kehidupan Sehari-hari: Puisi ini menggambarkan situasi yang umum dalam kehidupan sehari-hari di mana manusia saling bertemu dan berinteraksi. Tema kehidupan sehari-hari ini membawa kesan kedekatan dengan pembaca karena setiap orang pasti pernah mengalami pertemuan semacam ini di kehidupan mereka sendiri.

Hubungan Antarmanusia: Pertemuan sederhana dengan tukang kebun di pojok jalan menciptakan gambaran tentang hubungan antarmanusia yang hangat dan berarti. Meskipun mungkin hanya pertemuan singkat, senyum dan sapaan tukang kebun mencerminkan sikap hormat dan kebaikan yang membentuk dasar dari hubungan antarmanusia.

Perubahan dan Waktu: Puisi ini juga menyoroti konsep perubahan dan waktu. Penyair mencatat bahwa pertemuan dengan tukang kebun menjadi jarang karena kesibukan hidup. Hal ini menggambarkan bagaimana waktu dapat mengubah dinamika hubungan manusia, menyebabkan kita kehilangan kontak dengan orang-orang yang kita kenal di masa lalu.

Kesunyian di Akhir: Baris terakhir puisi, "di bawah cemara kini kuburnya alangkah sunyi", memberikan sentuhan emosional yang kuat. Ini mengarah pada refleksi tentang kematian dan kesepian. Kesunyian kuburan menciptakan perasaan kehilangan dan kesedihan, mengingatkan pembaca bahwa kehidupan sementara dan setiap pertemuan akhirnya berakhir.

Kesederhanaan Bahasa: Mansur Samin menggunakan bahasa yang sederhana namun kuat untuk menyampaikan pesan puisi. Kata-kata sederhana seperti "senyum" dan "sapaan" mampu menggambarkan kedalaman emosi dan makna di balik pertemuan yang digambarkan dalam puisi.

Nilai Kemanusiaan: Secara keseluruhan, puisi "Tukang Kebun" menyoroti nilai-nilai kemanusiaan seperti kebaikan, empati, dan penghargaan terhadap orang lain. Meskipun pertemuan-pertemuan itu mungkin singkat, mereka memberikan momen kehangatan dan kenangan yang berharga dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian, puisi "Tukang Kebun" adalah sebuah puisi yang sederhana namun dalam, yang menghadirkan refleksi yang menyentuh tentang hubungan antarmanusia, perubahan, dan nilai-nilai kemanusiaan.

Puisi Mansur Samin
Puisi: Tukang Kebun
Karya: Mansur Samin

Biodata Mansur Samin:
  • Mansur Samin mempunyai nama lengkap Haji Mansur Samin Siregar;
  • Mansur Samin lahir di Batang Toru, Tapanuli Selatan, Sumatra Utara pada tanggal 29 April 1930;
  • Mansur Samin meninggal dunia di Jakarta, 31 Mei 2003;
  • Mansur Samin adalah anak keenam dari dua belas bersaudara dari pasangan Haji Muhammad Samin Siregar dan Hajjah Nurhayati Nasution;
  • Mansur Samin adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.