Puisi: Telaga (Karya Mansur Samin)

Puisi "Telaga" karya Mansur Samin adalah sebuah karya yang menggambarkan perasaan kesendirian, kerinduan, dan perubahan dalam kehidupan.
Telaga

Gerimis hujan akhir Agustus
menggenapi selokan dan tubir kampung
aku makin kerap bertandang ke rumahmu
seakan curah hari-hari pedih yang menindihku

Kemudian kita sering berjumpa di tepi telaga
bisu tak berkata-kata sangking pedatnya jiwa
kudengar kabar dari Pedanda:
gadis itu telah kawin sejak tuan pulang ke Jawa.

Sumber: Dendang Kabut Senja (1985)

Analisis Puisi:

Puisi "Telaga" karya Mansur Samin adalah sebuah karya yang menggambarkan perasaan kesendirian, kerinduan, dan perubahan dalam kehidupan. Dalam analisis ini, kita akan mengeksplorasi berbagai aspek puisi ini.

Gambaran Alam: Puisi ini membuka dengan gambaran alam yang kuat, dengan hujan akhir Agustus yang mengisi selokan dan tubir kampung. Gambaran ini memberikan suasana yang tenang dan melankolis, yang menciptakan latar belakang untuk perasaan yang akan diungkapkan dalam puisi.

Kerinduan dan Kesendirian: Penyair mengungkapkan perasaan kerinduan dan kesendirian dengan mengungkapkan bahwa dia sering berkunjung ke rumah si penyair, mungkin untuk mencari kedamaian atau penghiburan dalam saat-saat sulit. Namun, kesendirian tersebut mungkin semakin diperkuat oleh kepergian seseorang yang dicintai, seperti yang diungkapkan dalam bait kedua.

Pertemuan di Tepi Telaga: Bertemu di tepi telaga, tempat yang tenang dan damai. Meskipun mereka berdua hadir di sana, tetapi suasana menjadi begitu hening sehingga tak ada yang bicara. Hal ini mencerminkan kedalaman perasaan mereka yang mungkin sulit diungkapkan dengan kata-kata.

Perubahan dan Kehilangan: Pada akhir puisi, Penyair mendengar kabar bahwa seorang gadis yang mereka kenal telah menikah sejak Penyair terakhir kali pulang ke Jawa. Kabar ini menunjukkan perubahan yang terjadi dalam kehidupan, serta kemungkinan kehilangan seseorang yang memiliki arti penting bagi penyair.

Simbolisme Telaga: Telaga dalam puisi ini mungkin melambangkan kedalaman emosi dan pikiran. Tempat bertemu, tepi telaga mungkin menjadi tempat untuk merenungkan kehidupan dan menghadapi perasaan yang sulit. Selain itu, telaga juga bisa melambangkan perubahan dan transformasi, karena air yang mengalir terus-menerus merepresentasikan aliran waktu dan perubahan yang tak terelakkan dalam kehidupan.

Secara keseluruhan, puisi "Telaga" adalah sebuah karya yang menggambarkan kerinduan, kesendirian, perubahan, dan kehilangan dalam kehidupan. Dengan gambaran alam yang kuat dan penggunaan simbolisme yang halus, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang arti kehidupan dan perubahan yang terus berlangsung di dalamnya.

Puisi Mansur Samin
Puisi: Telaga
Karya: Mansur Samin

Biodata Mansur Samin:
  • Mansur Samin mempunyai nama lengkap Haji Mansur Samin Siregar;
  • Mansur Samin lahir di Batang Toru, Tapanuli Selatan, Sumatra Utara pada tanggal 29 April 1930;
  • Mansur Samin meninggal dunia di Jakarta, 31 Mei 2003;
  • Mansur Samin adalah anak keenam dari dua belas bersaudara dari pasangan Haji Muhammad Samin Siregar dan Hajjah Nurhayati Nasution;
  • Mansur Samin adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.