Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Tak Lari (Karya Yudhistira A.N.M. Massardi)

Puisi "Tak Lari" menghadirkan gambaran keadaan sepi dan gelap dalam kehidupan sehari-hari dan menyajikannya dengan cara yang puitis dan menggoda ...
Tak Lari

Ketika radio dimatikan
datanglah sepi yang terkenal itu

Sewaktu kopi dihabiskan
matilah lampu. Dan gelap yang terkenal itu datang juga

Padahal, kalau sepi janda-janda pada lari
kalau gelap, perawan-perawan juga lari, ke rumah kekasihnya

Akibatnya banyak orang bunting
lari tak bisa, tak lari tak bisa.

1975

Analisis Puisi:
Puisi "Tak Lari" karya Yudhistira A.N.M. Massardi adalah karya yang singkat namun mengandung makna mendalam.

Keadaan Sepi dan Gelap: Puisi ini menciptakan atmosfer sepi dan gelap sebagai dua elemen yang mendominasi suasana. Kedatangan sepi dan gelap diwakili sebagai momen-momen yang dapat menciptakan perasaan sendu dan muram.

Radio Dimatikan dan Kopi Dihabiskan: Tindakan mematikan radio dan menghabiskan kopi menandakan momen ketenangan dan kesendirian. Kedua tindakan ini menciptakan suasana yang mempersiapkan diri untuk momen yang akan datang, yang ternyata adalah momen sepi dan gelap.

Sepi yang Terkenal: Penyair menggunakan istilah "sepi yang terkenal" untuk merujuk pada kesunyian yang sudah dikenal atau familiar. Kemungkinan, ini merujuk pada keheningan yang seringkali dirasakan dalam kehidupan sehari-hari.

Gelap yang Terkenal: Penggunaan "gelap yang terkenal" menyiratkan ketidaknyamanan yang biasa terjadi saat keadaan gelap. Gelap di sini bukan hanya sebatas kekurangan cahaya, tetapi juga dapat merujuk pada ketidakpastian atau kesulitan dalam hidup.

Perbandingan antara Sepi dan Gelap: Penyair memberikan kontras antara sepi dan gelap, menciptakan kesan bahwa keduanya memiliki dampak yang berbeda pada orang-orang. Kesepian mungkin membuat janda-janda lari, sementara kegelapan dapat mendorong perawan-perawan untuk lari ke rumah kekasihnya.

Akibat dari Sepi dan Gelap: Penutup puisi menciptakan kejutan dengan menyatakan akibat dari sepi dan gelap. Banyak orang menjadi bunting, menyoroti bahwa kesepian dan kegelapan bisa memiliki dampak yang tak terduga dan bisa menciptakan konsekuensi yang berat.

Pertentangan dalam Lari: Penggunaan frasa "lari tak bisa, tak lari tak bisa" menciptakan pertentangan yang menarik. Ini dapat diartikan sebagai ketidakmampuan atau keterpaksaan untuk melarikan diri dari kenyataan atau dampak dari sepi dan gelap.

Bahasa Sederhana dan Efektif: Penyair menggunakan bahasa yang sederhana, tetapi efektif dalam menyampaikan pesan puisi. Gaya bahasa yang lugas memberikan kejelasan pada makna-makna yang terkandung dalam setiap baris puisi.

Satire dan Ironi: Puisi ini memiliki unsur satire dan ironi terhadap kehidupan sehari-hari. Penyair menyoroti sisi-sisi keseharian dengan cara yang menggelitik dan mengundang pemikiran.

Puisi "Tak Lari" menghadirkan gambaran keadaan sepi dan gelap dalam kehidupan sehari-hari dan menyajikannya dengan cara yang puitis dan menggoda imajinasi. Melalui kata-kata yang sederhana, puisi ini berhasil menciptakan refleksi mengenai makna dan dampak dari dua elemen tersebut dalam kehidupan manusia.

Yudhistira ANM Massardi
Puisi: Tak Lari
Karya: Yudhistira A.N.M. Massardi

Biodata Yudhistira A.N.M. Massardi
  • Yudhistira A.N.M. Massardi (nama lengkap Yudhistira Andi Noegraha Moelyana Massardi) lahir pada tanggal 28 Februari 1954 di Karanganyar, Subang, Jawa Barat.
  • Yudhistira A.N.M. Massardi dikelompokkan sebagai Sastrawan Angkatan 1980-1990-an.
© Sepenuhnya. All rights reserved.