Puisi: Siti Julaika (Karya Yudhistira A.N.M. Massardi)

Puisi "Siti Julaika" karya Yudhistira A.N.M. Massardi menggambarkan kehidupan dan perjuangan seorang gadis dari keluarga sederhana dengan penuh ...
Siti Julaika
(Dan Durakhim Buruh Pabrik Gula)*

Gadis berkebaya naik sepeda
Bernama Siti Julaika
Dari keluarga rakyat jelata

Ia bekerja di sebuah pabrik gula
Tenaganya hanya dibayar murah
Durakhim pacarnya pun kerja di sana

Setiap bulan menabung bersama
Untuk sebuah rumah cinta

Ketika musim bunga tiba
Mereka memotong tangkai gelagah
Dan menjualnya untuk mainan anak
Mereka rindu anak-anak

Mereka menikah bulan berikutnya
Dengan upacara sederhana saja
Dengan upah kerja sedikit saja

Setiap bulan menabung bersama
Untuk sebuah rumah cinta
Ketika lahir anak pertama
Mereka sudah tidak bekerja
Pabrik gula kurangi tenaga kerja
Mesin-mesin telah tiba

1981

Sumber: Rudi Jalak Gugat (1982)

Catatan:
Dinyanyikan Franky Sahilatua.

Analisis Puisi:

Puisi "Siti Julaika" karya Yudhistira A.N.M. Massardi menawarkan gambaran mendalam mengenai kehidupan sehari-hari dan harapan sederhana dari seorang gadis bernama Siti Julaika. Melalui narasi puitis yang penuh rasa, puisi ini mengeksplorasi tema cinta, perjuangan ekonomi, dan perubahan sosial.

Tema

  • Cinta dan Perjuangan Ekonomi: Puisi ini menyoroti tema cinta yang sederhana dan perjuangan ekonomi yang dihadapi oleh Siti Julaika dan pasangannya. Melalui kehidupan sehari-hari mereka yang penuh tantangan, puisi ini menggambarkan kekuatan cinta dan harapan mereka untuk masa depan yang lebih baik meskipun dengan sumber daya yang terbatas.
  • Kehidupan Kelas Menengah Bawah: Puisi ini juga mencerminkan kehidupan kelas menengah bawah pada masa itu, dengan fokus pada kehidupan Siti Julaika sebagai pekerja pabrik gula dan upaya untuk mengumpulkan uang untuk masa depan mereka. Keterbatasan finansial dan perubahan sosial yang mempengaruhi pekerjaan mereka menjadi bagian penting dari narasi puisi.

Bait Pertama: Pengenalan Tokoh dan Latar

Gadis berkebaya naik sepeda
Bernama Siti Julaika
Dari keluarga rakyat jelata

Bait ini memperkenalkan tokoh utama, Siti Julaika, seorang gadis dari keluarga sederhana. Penggunaan kata "berkebaya" menunjukkan identitas budaya dan sosialnya. Sepeda yang digunakan melambangkan kesederhanaan serta kehidupan sehari-hari yang sederhana.

Bait Kedua: Pekerjaan dan Hubungan

Ia bekerja di sebuah pabrik gula
Tenaganya hanya dibayar murah
Durakhim pacarnya pun kerja di sana

Bait ini menggambarkan kondisi kerja Siti Julaika di pabrik gula dan upah rendah yang diterimanya. Durakhim, pacarnya, juga bekerja di tempat yang sama, menunjukkan keterhubungan mereka melalui pekerjaan dan kehidupan sehari-hari.

Bait Ketiga: Harapan dan Tabungan

Setiap bulan menabung bersama
Untuk sebuah rumah cinta

Bait ini menunjukkan harapan dan usaha pasangan untuk membangun masa depan bersama. Menabung untuk sebuah rumah cinta melambangkan impian mereka untuk memiliki kehidupan yang stabil dan penuh kasih di masa depan.

Bait Keempat: Tradisi dan Kebahagiaan

Ketika musim bunga tiba
Mereka memotong tangkai gelagah
Dan menjualnya untuk mainan anak
Mereka rindu anak-anak

Bait ini menggambarkan tradisi dan kebiasaan mereka saat musim bunga. Tindakan memotong tangkai gelagah dan menjualnya menunjukkan cara mereka berusaha memenuhi kebutuhan, serta kerinduan mereka untuk memiliki anak.

Bait Kelima: Perubahan Sosial dan Kesederhanaan

Mereka menikah bulan berikutnya
Dengan upacara sederhana saja
Dengan upah kerja sedikit saja

Bait ini menggambarkan pernikahan mereka yang sederhana, menyoroti kesederhanaan upacara pernikahan mereka yang sesuai dengan kondisi finansial mereka. Ini menunjukkan bagaimana mereka menyesuaikan harapan dengan kenyataan hidup mereka.

Bait Keenam: Perubahan dalam Kehidupan Kerja

Setiap bulan menabung bersama
Untuk sebuah rumah cinta
Ketika lahir anak pertama
Mereka sudah tidak bekerja
Pabrik gula kurangi tenaga kerja
Mesin-mesin telah tiba

Bait terakhir menampilkan perubahan dalam kehidupan mereka setelah kelahiran anak pertama. Pengurangan tenaga kerja di pabrik gula dan kedatangan mesin-mesin menunjukkan perubahan dalam industri yang mempengaruhi kehidupan mereka. Hal ini menandakan ketidakpastian dan tantangan baru yang mereka hadapi.

Gaya dan Struktur

  • Gaya Bahasa: Puisi ini menggunakan gaya bahasa yang naratif dan deskriptif, memberikan gambaran jelas tentang kehidupan Siti Julaika dan pasangannya. Gaya bahasa ini memungkinkan pembaca untuk merasakan keintiman dan tantangan yang dihadapi oleh tokoh-tokoh puisi.
  • Struktur dan Alur: Puisi ini terstruktur dengan baik, mengikuti alur yang menggambarkan kehidupan sehari-hari Siti Julaika, hubungan cinta, harapan untuk masa depan, serta perubahan sosial yang mempengaruhi mereka. Struktur ini memungkinkan pembaca untuk mengikuti perkembangan cerita dan memahami konteks emosional serta sosial yang disampaikan.

Makna dan Pesan

Puisi "Siti Julaika" menyampaikan pesan tentang cinta yang sederhana dan perjuangan sehari-hari dalam menghadapi tantangan ekonomi dan sosial. Melalui kehidupan dan harapan Siti Julaika, puisi ini menyoroti ketahanan manusia dan kemampuan untuk menemukan kebahagiaan meskipun dalam keadaan yang sulit. Pesan utama puisi ini adalah pentingnya cinta dan harapan dalam menghadapi realitas hidup yang keras.

Puisi "Siti Julaika" karya Yudhistira A.N.M. Massardi adalah karya yang menggambarkan kehidupan dan perjuangan seorang gadis dari keluarga sederhana dengan penuh rasa dan empati. Melalui narasi yang sederhana namun mendalam, puisi ini menyampaikan pesan tentang cinta, harapan, dan tantangan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Puisi ini mengajak pembaca untuk menghargai kekuatan cinta dan tekad dalam menghadapi kesulitan dan perubahan sosial.

Yudhistira ANM Massardi
Puisi: Siti Julaika
Karya: Yudhistira A.N.M. Massardi

Biodata Yudhistira A.N.M. Massardi
  • Yudhistira A.N.M. Massardi (nama lengkap Yudhistira Andi Noegraha Moelyana Massardi) lahir pada tanggal 28 Februari 1954 di Karanganyar, Subang, Jawa Barat.
  • Yudhistira A.N.M. Massardi dikelompokkan sebagai Sastrawan Angkatan 1980-1990-an.
© Sepenuhnya. All rights reserved.