Puisi: Sajak 40 Siska (Karya Yudhistira A.N.M. Massardi)

Puisi "Sajak 40 Siska" karya Yudhistira A.N.M. Massardi merayakan perjalanan cinta dan kehidupan seorang pasangan dalam rentang waktu yang panjang, ..
Sajak 40 Siska

Kekasih,
Hidup tidak dimulai pada usia 40
Sebab, cintaku melimpahimu sejak 13
jadi samudera saat kamu 17
- gunung dan laut cemburu sejak itu!

Kita menjadi sepasang camar
Hinggap di karang, di tiang layar
kejar buih sampai ke pantai
Kadang kita beda arah
- kadang marah

Tetapi, dalam sehat dan sakit
aku selalu memujamu - dan bahagia
Kita antar tiga anak ke masa depan
Jalan lambat, melompat, atau melingkar
- Untuk mereka sayap dan busur

Kini kasihku 40,
bilangan cintaku tak lagi berhingga
berpangkat dalam algoritma
berderet dalam aljabar
bikin mabuk Khawarizmi
dalam misteri Abu Kamil

aku pun tak lagi bisa membilang
masih berapa angka di depan gerbang
burung-burung camar hanya terbang
hingga cakrawala menutup jendela
dalam jingga
dalam doa

Siska cintaku,
Aku selalu bersamamu
dalam sayur dan sambalmu
dalam piring dan cawanmu
hingga ketiadaan datang
sebagai kado tak berpita
untuk burung camar
yang tak biasa terbang sendiri

Ah, kekasihku, kini aku sedih
Selesaikan sajak ini dalam lautmu
Katakan pada pasir dan gunung
Di siang dan di malam
: kamu juga cinta aku!

Pondok Pinang, 3 April 2007

Analisis Puisi:

Puisi "Sajak 40 Siska" karya Yudhistira A.N.M. Massardi adalah sebuah karya yang merayakan perjalanan cinta dan kehidupan seorang pasangan dalam rentang waktu yang panjang, dengan semua keindahan dan tantangan yang datang bersamanya.

Cinta Sejak Remaja

Puisi ini mengawali dengan pengakuan bahwa cinta tidak dimulai pada usia 40, melainkan sudah melimpah sejak usia remaja. "Cintaku melimpahimu sejak 13 / jadi samudera saat kamu 17" menunjukkan bahwa hubungan ini telah ada sejak masa-masa awal kehidupan mereka, di mana cinta mereka seperti gunung dan laut yang penuh kekuatan dan kecemburuan.

Metafora dan Simbolisme Alam

Penyair menggunakan metafora alam seperti camar yang hinggap di karang dan tiang layar, serta kejar buih sampai ke pantai, untuk menggambarkan perjalanan hidup mereka yang penuh dengan tantangan dan keindahan. Meskipun kadang-kadang mereka berbeda arah dan merasa marah, namun mereka tetap bersatu dalam sehat dan sakit.

Kompleksitas Cinta dan Keluarga

Puisi ini mencerminkan kompleksitas cinta dan peran sebagai orangtua dengan membawa tiga anak ke masa depan. "Untuk mereka sayap dan busur" menunjukkan tekad untuk memberikan yang terbaik bagi anak-anak mereka, meskipun jalan menuju kesuksesan tidak selalu lurus.

Refleksi tentang Usia dan Kehidupan

Di usia 40, penyair merenungkan tentang arti cinta yang tak terbatas dan bagaimana itu diukur dalam algoritma dan aljabar. Referensi terhadap Khawarizmi dan Abu Kamil menambah dimensi intelektual dalam mempertimbangkan cinta dan usia.

Kesedihan dan Keabadian Cinta

Puisi ini berakhir dengan kesedihan atas ketiadaan yang datang, namun tetap mempertahankan keabadian cinta mereka. Penutup yang indah mengajak Siska, kekasihnya, untuk mengakhiri sajak ini dalam lautnya sendiri, memberikan kesan bahwa cinta mereka tidak pernah berakhir meskipun waktu berlalu.

Puisi "Sajak 40 Siska" adalah sebuah perenungan tentang perjalanan cinta sejati yang tumbuh dan bertahan melewati masa-masa yang beragam. Dengan penggunaan bahasa yang metaforis dan simbolis, Yudhistira A.N.M. Massardi berhasil menggambarkan kedalaman dan keindahan hubungan manusiawi yang menghadapi tantangan dan tetap bersatu dalam cinta dan kesetiaan.

Yudhistira ANM Massardi
Puisi: Sajak 40 Siska
Karya: Yudhistira A.N.M. Massardi

Biodata Yudhistira A.N.M. Massardi
  • Yudhistira A.N.M. Massardi (nama lengkap Yudhistira Andi Noegraha Moelyana Massardi) lahir pada tanggal 28 Februari 1954 di Karanganyar, Subang, Jawa Barat.
  • Yudhistira A.N.M. Massardi dikelompokkan sebagai Sastrawan Angkatan 1980-1990-an.
© Sepenuhnya. All rights reserved.