Sumber: Tandus (1952)
Analisis Puisi:
Puisi "Dengan Satu Bacaan" karya S. Rukiah Kertapati adalah karya sastra yang merenungkan tentang pengalaman manusia dalam menghadapi realitas hidup yang keras dan perjuangan untuk hak asasi manusia. Puisi ini mencerminkan perasaan kepahitan dan kesadaran akan ketidakadilan sosial.
Penolakan terhadap Kesamaan: Puisi ini dimulai dengan permintaan untuk tidak menyamakan hari ini dengan hari-hari yang sudah lewat atau yang akan datang. Ini mengisyaratkan bahwa setiap hari adalah unik dan memiliki makna tersendiri.
Menghadapi Satu Bacaan: Puisi ini menyatakan bahwa hari ini kita dihadapkan pada "satu buku saja" yang berisi tentang hidup yang keras dan perjuangan. Buku ini adalah simbol dari realitas kehidupan yang tidak selalu indah dan adil.
Kebengisan dan Kepahitan: Penyair menggunakan kata-kata seperti "kebengisan" dan "kepahitan perjuangan" untuk menggambarkan pengalaman hidup yang penuh dengan penderitaan dan konflik. Ini mencerminkan ketidakadilan dan kesulitan yang dihadapi oleh banyak orang.
Cermin tentang Tuntutan Kemanusiaan: Puisi ini menyebutkan bahwa buku ini berisi "cermin tentang tuntutan kemanusiaan pecah-pecah." Ini bisa diartikan sebagai pemahaman tentang ketidakadilan sosial dan pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di sekitar kita.
Pengkerutan Dunia: Penyair menggambarkan bahwa buku ini membuat dunia "berkerut kecil kembali" dan terkurung dalam "batas lingkaran buta." Ini mengindikasikan bahwa ketidakadilan dan perjuangan dapat menyempitkan pandangan dunia dan mengurung manusia dalam keadaan yang kurang adil.
Pesan Tindakan: Puisi ini mendorong pembaca untuk berpikir tentang perjuangan manusia dan ketidakadilan sosial. Penyair tidak hanya berbicara tentang ketidakadilan, tetapi juga memanggil untuk bertindak atau mengubah realitas yang ada.
Simbolisme: Puisi ini menggunakan buku sebagai simbol untuk menggambarkan realitas hidup yang tidak selalu indah. Buku menjadi representasi dari kebenaran dan kesadaran yang mungkin tidak selalu mudah diterima.
Puisi "Dengan Satu Bacaan" adalah karya yang merenungkan tentang realitas kehidupan yang keras dan perjuangan untuk hak asasi manusia. Ini menciptakan perasaan kepahitan terhadap ketidakadilan sosial dan menyerukan tindakan untuk mengubah realitas tersebut.
Puisi: Dengan Satu Bacaan
Karya: S. Rukiah Kertapati
Biodata S. Rukiah Kertapati:
- S. Rukiah lahir pada tanggal 25 April 1927 di Purwakarta.
- S. Rukiah menikah dengan Sidik Kertapati pada tanggal 2 Februari 1952 di Purwakarta.
- S. Rukiah meninggal dunia pada tanggal 6 Juni 1996 di Purwakarta.