Puisi: Buku Harian Prajurit (Karya Mansur Samin)

Puisi "Buku Harian Prajurit" karya Mansur Samin mengeksplorasi konflik batin seorang prajurit, yang dihadapkan pada pertarungan antara keadilan dan ..
Buku Harian Prajurit (1)

Malam tengadah di atas kaca
akan sepi bermukim asing di sini
napas sisi jendela, jeriji besi-besi tua
menghisap angin dingin atas kekerdilan hati

Mengapa palu itu tak segera memutus
apakah mereka tahu aku bukan pembunuh
hukum dunia mengenal noda untuk kira-kira
dada bunda hanya kenal sorga atau neraka

Malam tengadah di atas kaca
jauh dari hati melebur hari-hari pergi
kalung mentega, lonceng gereja dan layap mata
diliput batin ini antara hidup dan mati

kalaupun sesal tinggal dendam
berbeda harap dengan permintaan

Buku Harian Prajurit (2)

Demi hukum keadilan, hai anak lajang!
tabir dosa kekal adalah garis penyelesaian
memberatimu saksi tangan, titik bukti tebal
adakah misal satu-satunya kau kenal?

Begitu hati, wahai hati yang takut mati
sampaikan salam dunia dan diri sepi
kuyup mata, ruang dahaga dan doa setiap bunda
tiada mengharapkan dosa

Demi hukum keadilan hai anak lajang!
kami bawakan pelita melewati jalan-jalan sesal
kitab suci, sumpah murni dan tangis hati
akan memberkahi segi-segi yang bakal lahir

Dalam pemeriksaan dan misal kelanjutan
lenyap nilai jawab di tubuh jatuh terlentang

Buku Harian Prajurit (3)

Dari hati yang tersirat, pengadilan yang terhormat!
aku bukan pembunuh Tuhan pun tahu
hidup ini bermain pada kira-kira dan sia-sia
dosa kita mencari bukti dalam misal

Jika salamku hilang ke tengah dunia
kasih pada hari-hari silam belum berakhir
dengan dosaku dan kemelut tahun yang berduka
tinggal garis henti, semua kata hilang arti

Sumber: Konfrontasi (1959)

Analisis Puisi:

Puisi "Buku Harian Prajurit" karya Mansur Samin adalah serangkaian catatan yang mengeksplorasi konflik batin seorang prajurit, yang dihadapkan pada pertarungan antara keadilan dan dosa, harapan dan ketakutan, serta masa lalu dan masa depan.

Pertarungan Batin Prajurit: Puisi ini menggambarkan pertarungan batin seorang prajurit yang terjebak dalam konflik moral. Dia merenungkan keputusannya dan perannya dalam suatu peristiwa yang mungkin melibatkan tindakan yang bertentangan dengan nilai-nilai pribadinya. Dia merasa terasing dan tertekan oleh konsekuensi dari tindakannya.

Kesadaran Moral: Ada kesadaran moral yang kuat dalam puisi ini, di mana prajurit merenungkan dosa dan pertanggungjawaban atas tindakannya. Dia mempertanyakan keputusannya dan mencari pembenaran dalam keadilan dan kebenaran. Konflik batinnya mencerminkan kompleksitas moral dalam situasi yang sulit.

Penggambaran Hati yang Terbelah: Puisi ini menggambarkan kebingungan dan kegelisahan hati prajurit, yang terbelah antara kesetiaan pada tugasnya dan kesadaran akan nilai-nilai moral. Dia merenungkan pilihan yang sulit yang dihadapinya dan mencoba mencari jalan keluar dari konflik batinnya.

Bahasa Puitis: Mansur Samin menggunakan bahasa yang kaya dan puitis dalam puisi ini untuk menggambarkan kekacauan emosional dan spiritual prajurit. Metafora seperti "malam tengadah di atas kaca" dan "dari hati yang tersirat, pengadilan yang terhormat" memberikan gambaran yang mendalam tentang keadaan batinnya.

Pesan Moral dan Filosofis: Puisi ini menyampaikan pesan moral dan filosofis yang mendalam tentang pertarungan antara keadilan dan dosa, serta kompleksitas dalam membuat keputusan moral. Ini mengajak pembaca untuk merenungkan konsekuensi dari tindakan mereka dan pentingnya mempertahankan integritas moral dalam menghadapi situasi sulit.

Puisi "Buku Harian Prajurit" adalah sebuah penggambaran yang mendalam tentang konflik batin seorang prajurit yang terjebak dalam pertarungan antara keadilan dan dosa. Dengan menggunakan bahasa yang puitis dan menggugah, Mansur Samin mengajak pembaca untuk merenungkan kompleksitas moral dalam menghadapi situasi yang sulit.

Mansur Samin - Horison
Puisi: Buku Harian Prajurit
Karya: Mansur Samin

Biodata Mansur Samin:
  • Mansur Samin mempunyai nama lengkap Haji Mansur Samin Siregar;
  • Mansur Samin lahir di Batang Toru, Tapanuli Selatan, Sumatra Utara pada tanggal 29 April 1930;
  • Mansur Samin meninggal dunia di Jakarta, 31 Mei 2003;
  • Mansur Samin adalah anak keenam dari dua belas bersaudara dari pasangan Haji Muhammad Samin Siregar dan Hajjah Nurhayati Nasution;
  • Mansur Samin adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.