Puisi: Tidak Ada Lagi Praha yang Harus Dipertahankan (Karya Cecep Syamsul Hari)

Puisi "Tidak Ada Lagi Praha yang Harus Dipertahankan" menggali kedalaman sejarah dan melankolis melalui deskripsi kehidupan dan perubahan kota Praha.
Tidak Ada Lagi Praha yang Harus Dipertahankan

Empat puluh tahun kemudian
hanya ada karangan bunga
separuh kuning separuh jingga
diletakkan di atas tanah

….

Musim semi Jan Zajíc dan Jan Palach

Tidak ada serdadu dan peluru yang datang menyerbu
tidak ada palu dan arit yang mengancam
tidak ada satu pun kamerad yang meludah
di atas tanah Golem dan para peziarah

Tidak ada lagi Praha yang harus dipertahankan

Patung-patung kuda melompat ke angkasa
trem-trem merah memburu gadis-gadis berlidah tembaga
domba-domba gundul berbaju kuning menabuh gendang
berlari dan bernyanyi riang di jalan-jalan

Memanggil-manggil sang gembala Hare Krsna

Di sudut sebuah pintu masuk kereta bawah tanah
tiang salib melintang di antara dua puting mawar
dan lonceng gereja berdentang di dalam lubang pusar
seorang perempuan murung berbaju hitam

Di bagian mana kota ini kekasihku sedang menunggu?

Harimau besi mengaum dalam hutan jiwaku
lentur tulang punggungnya melengkung
sepasang matanya menyapu rimba perburuan
siap menerkam tubuh harum seekor kijang

József Attila, jangan dulu pulang ke Buda,
tinggallah denganku beberapa hari di sini!

Di depan monumen dua Jan
serumpun daun tumbuh di bahu pasangan renta
kursi-kursi taman jauh lebih kekal dari para penguasa
musim semi melampaui jarum jam abadi semua mimpi

Aku menangis, dan jatuh cinta pada kota ini.

Praha, 2009

Analisis Puisi:

Puisi "Tidak Ada Lagi Praha yang Harus Dipertahankan" karya Cecep Syamsul Hari menggali kedalaman sejarah dan melankolis melalui deskripsi kehidupan dan perubahan kota Praha. Puisi ini menggambarkan transisi waktu, dari kenangan bersejarah hingga keadaan kontemporer, dalam konteks emosi dan simbolisme yang mendalam.

Struktur dan Tema

Puisi ini menggunakan struktur naratif dan deskriptif yang membentuk jalinan antara masa lalu dan masa kini. Tema utama yang diangkat adalah perubahan dan kehilangan, dengan penekanan pada sejarah Praha yang penuh makna, serta refleksi tentang bagaimana kota tersebut telah berubah seiring waktu.

    Kenangan Sejarah dan Perubahan

  • "Empat puluh tahun kemudian hanya ada karangan bunga separuh kuning separuh jingga diletakkan di atas tanah": Momen reflektif yang mengingatkan pada perubahan waktu dan bagaimana sejarah kini diingat hanya melalui simbol-simbol sederhana seperti karangan bunga. Ini mencerminkan bagaimana ingatan dan peristiwa penting dapat memudar seiring waktu.
  • "Musim semi Jan Zajíc dan Jan Palach": Mengacu pada dua tokoh penting dalam sejarah Ceko yang melakukan tindakan protes yang ekstrem. Penempatan mereka dalam konteks "musim semi" menunjukkan bagaimana peristiwa-peristiwa sejarah yang monumental dipandang dalam terang pergeseran zaman.

Absennya Ancaman dan Perubahan

  • "Tidak ada serdadu dan peluru yang datang menyerbu, tidak ada palu dan arit yang mengancam": Menyiratkan bahwa ancaman dan konflik yang dulu mengancam kini telah menghilang, dan keadaan politik yang menekan telah berubah menjadi sesuatu yang lebih damai namun kurang berarti bagi pengingat sejarah.
  • "Tidak ada satu pun kamerad yang meludah di atas tanah Golem dan para peziarah": Menggambarkan kehilangan karakteristik sejarah dan semangat kolektif yang mungkin telah pudar, dan tanah yang dulu dipenuhi semangat kini menjadi tenang dan hampir terlupakan.

Simbolisme Kota dan Kenangan

  • "Patung-patung kuda melompat ke angkasa trem-trem merah memburu gadis-gadis berlidah tembaga domba-domba gundul berbaju kuning menabuh gendang": Deskripsi yang penuh warna ini menunjukkan kehidupan kota yang telah berubah. Patung-patung dan trem menggambarkan masa lalu yang kini dipenuhi dengan simbol-simbol baru yang menggantikan karakteristik lama.
  • "Di sudut sebuah pintu masuk kereta bawah tanah tiang salib melintang di antara dua puting mawar dan lonceng gereja berdentang di dalam lubang pusar seorang perempuan murung berbaju hitam": Menunjukkan bagaimana simbol-simbol religius dan sejarah kini hanya menjadi bagian dari lanskap kota yang tampaknya tidak berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.

Refleksi Emosional dan Apresiasi

  • "Di bagian mana kota ini kekasihku sedang menunggu?": Menunjukkan rasa kehilangan dan kerinduan terhadap masa lalu dan keintiman kota yang kini telah berubah.
  • "Aku menangis, dan jatuh cinta pada kota ini": Penutup puisi ini menyiratkan cinta dan kesedihan terhadap kota yang telah berubah, mencerminkan hubungan emosional mendalam dengan tempat yang penuh kenangan.

Interpretasi

Puisi "Tidak Ada Lagi Praha yang Harus Dipertahankan" adalah refleksi mendalam tentang bagaimana waktu dan perubahan mengubah sebuah kota dari tempat penuh perjuangan dan sejarah menjadi sesuatu yang lebih modern dan sering kali kehilangan karakteristik lama. Melalui simbolisme dan deskripsi yang kaya, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan bagaimana sejarah dan kenangan berkontribusi pada identitas kota dan bagaimana pergeseran tersebut mempengaruhi hubungan kita dengan tempat yang kita cintai.

Puisi "Tidak Ada Lagi Praha yang Harus Dipertahankan" karya Cecep Syamsul Hari adalah puisi yang memadukan sejarah, simbolisme, dan emosi pribadi untuk menggambarkan transformasi kota dan bagaimana perubahan tersebut memengaruhi ingatan dan cinta terhadap tempat tersebut. Dengan deskripsi yang kuat dan refleksi yang mendalam, puisi ini mengajak pembaca untuk menghargai kenangan dan melankolia yang melekat pada sejarah sebuah kota, sambil merenungkan bagaimana masa lalu dan masa kini saling berinteraksi dalam membentuk identitas kita.

Cecep Syamsul Hari
Puisi: Tidak Ada Lagi Praha yang Harus Dipertahankan
Karya: Cecep Syamsul Hari

Biodata Cecep Syamsul Hari:
  • Cecep Syamsul Hari lahir pada tanggal 1 Mei 1967 di Bandung.
© Sepenuhnya. All rights reserved.