Puisi: Sunyi Terbakar dalam Kenangan (Karya Cecep Syamsul Hari)

Puisi "Sunyi Terbakar dalam Kenangan" karya Cecep Syamsul Hari menawarkan pandangan mendalam tentang bagaimana kenangan dan perasaan sunyi ...
Sunyi Terbakar dalam Kenangan

Sunyi menjemputku berabad-abad yang lalu: Tak kuingat lagi
tempat itu, kecuali kenangan airmatamu
yang menari. Perjalanan tanpa akhir ini, memaksaku
membangun berbagai rumah dalam ingatan, berbagai tujuan
tempatku kelak kembali. Namun wajahmu samar sudah: Aku
setetes embun pada kelopak mawarmu

yang abadi. Kutanggalkan seluruh sejarah
dalam diriku. Aku bukan siapapun di dalam cahaya
sembilan puluh sembilan nama cinta. Kenangan airmatamu
yang menari perlahan tumbuh menjadi sejarah
yang lain. Di sebuah tempat ketika waktu berhenti,

sunyi terbakar dalam batinku.

1994

Analisis Puisi:

Puisi "Sunyi Terbakar dalam Kenangan" karya Cecep Syamsul Hari adalah sebuah karya yang mengungkapkan kedalaman emosi dan refleksi pribadi melalui penggunaan bahasa yang puitis dan metaforis. Dalam puisi ini, penulis mengeksplorasi tema kenangan, identitas, dan perasaan sunyi yang membakar dalam batin.

Struktur dan Tema

Puisi ini terdiri dari tiga bait dengan panjang baris bervariasi yang mencerminkan perjalanan waktu dan pengalaman emosional. Tema utamanya adalah pencarian identitas dan pengaruh kenangan yang membentuk kehidupan seseorang.

Kenangan dan Identitas

  • "Sunyi menjemputku berabad-abad yang lalu: Tak kuingat lagi / tempat itu, kecuali kenangan airmatamu / yang menari": Baris ini mengungkapkan perasaan kehilangan dan kerinduan terhadap masa lalu yang telah lama berlalu. Kenangan akan seseorang yang penuh emosi menjadi satu-satunya yang tersisa dalam ingatan, sedangkan tempatnya sendiri telah dilupakan.
  • "Perjalanan tanpa akhir ini, memaksaku / membangun berbagai rumah dalam ingatan, berbagai tujuan": Metafora "membangun berbagai rumah dalam ingatan" menggambarkan bagaimana kenangan membentuk tempat-tempat emosional yang diingat kembali sepanjang perjalanan hidup.

Pencarian Makna dan Identitas

  • "Namun wajahmu samar sudah: Aku / setetes embun pada kelopak mawarmu / yang abadi": Gambaran tentang wajah yang samar menunjukkan bagaimana kenangan telah memudar seiring waktu. "Setetes embun pada kelopak mawarmu" melambangkan perasaan kecil dan tidak berdaya di hadapan keabadian kenangan.
  • "Kutanggalkan seluruh sejarah / dalam diriku. Aku bukan siapapun di dalam cahaya / sembilan puluh sembilan nama cinta": Baris ini mencerminkan usaha untuk melepaskan beban sejarah dan identitas yang terkait dengan kenangan cinta. "Sembilan puluh sembilan nama cinta" mungkin merujuk pada berbagai bentuk cinta yang telah dialami, namun semuanya terasa tidak cukup berarti.

Sunyi dan Waktu

  • "Kenangan airmatamu / yang menari perlahan tumbuh menjadi sejarah / yang lain. Di sebuah tempat ketika waktu berhenti": Ini menggambarkan bagaimana kenangan emosional berkembang menjadi bagian dari sejarah pribadi yang lebih luas. Tempat di mana waktu berhenti menandakan sebuah ruang emosional yang abadi dan tidak terpengaruh oleh waktu.
  • "Sunyi terbakar dalam batinku": Penutup puisi ini menegaskan perasaan sunyi yang membakar dalam diri penulis, menggambarkan bagaimana perasaan tersebut mempengaruhi batin dan identitasnya.
Puisi "Sunyi Terbakar dalam Kenangan" karya Cecep Syamsul Hari menawarkan pandangan mendalam tentang bagaimana kenangan dan perasaan sunyi membentuk dan mempengaruhi identitas seseorang. Melalui penggunaan bahasa puitis dan metafora yang kuat, puisi ini mengundang pembaca untuk merenung tentang hubungan antara masa lalu, identitas, dan perasaan yang membakar dalam batin.

Puisi ini menciptakan pengalaman emosional yang mendalam, menghubungkan pembaca dengan perasaan kehilangan, pencarian makna, dan kedalaman kenangan yang membentuk kehidupan dan identitas kita.

Cecep Syamsul Hari
Puisi: Sunyi Terbakar dalam Kenangan
Karya: Cecep Syamsul Hari

Biodata Cecep Syamsul Hari:
  • Cecep Syamsul Hari lahir pada tanggal 1 Mei 1967 di Bandung.
© Sepenuhnya. All rights reserved.