Puisi: Percakapan Rumput dan Burung Pengembara (Karya Cecep Syamsul Hari)

Puisi "Percakapan Rumput dan Burung Pengembara" mengajak pembaca untuk merenungkan bagaimana keindahan yang hilang tetap dapat mempengaruhi kita, ...
Percakapan Rumput dan Burung Pengembara

"Manakah yang lebih menggundahkanmu
fajar atau layungkah?"

Bertanya burung pengembara
pada rumput yang menunggu

"Hanya pelangi yang membuatku gundah
lebih di atas segala"

"Bukankah pelangi telah lama raib
tanpa sehelai pun pesan?"

"Begitulah, aku bahagia menunggu
dalam kesedihan"

Lalu, burung itu melanjutkan
pengembaraannya, dan rumput kembali menunggu

1991-1999

Analisis Puisi:

Puisi "Percakapan Rumput dan Burung Pengembara" karya Cecep Syamsul Hari menyuguhkan sebuah dialog sederhana namun mendalam antara dua elemen alam, yaitu rumput dan burung pengembara. Melalui percakapan ini, puisi ini menggali tema kesedihan, harapan, dan keindahan yang sering kali tak terlihat.

Struktur dan Tema

Puisi ini disusun dalam bentuk dialog antara dua unsur alam, yang menciptakan struktur naratif yang khas. Tema utama yang diangkat adalah refleksi tentang kesedihan dan harapan dalam kehidupan, serta bagaimana keindahan dapat mempengaruhi perasaan dan eksistensi.

Dialog dan Konteks

  • "Manakah yang lebih menggundahkanmu / fajar atau layungkah?": Pertanyaan burung pengembara ini membuka percakapan dengan mengeksplorasi perasaan rumput terhadap dua momen waktu yang berbeda. Ini menggambarkan pencarian pemahaman tentang apa yang lebih menggugah atau mempengaruhi.

Kesedihan dan Harapan

  • "Hanya pelangi yang membuatku gundah / lebih di atas segala": Rumput menjelaskan bahwa keindahan pelangi adalah yang paling menggugah perasaannya, meskipun pelangi tersebut telah lama menghilang. Ini menunjukkan bagaimana keindahan yang telah berlalu masih memiliki dampak emosional yang mendalam.
  • "Bukankah pelangi telah lama raib / tanpa sehelai pun pesan?": Burung pengembara menanyakan tentang ketidakhadiran pelangi yang mencerminkan realitas bahwa keindahan atau harapan kadang-kadang hanya bersifat sementara.

Kepasrahan dan Kembali Menunggu

  • "Begitulah, aku bahagia menunggu / dalam kesedihan": Rumput menjelaskan bahwa meskipun pelangi dan keindahan lainnya telah lama hilang, ia tetap menemukan kebahagiaan dalam menunggu, meskipun dalam keadaan kesedihan. Ini menunjukkan penerimaan dan kepasrahan terhadap kondisi saat ini.

Kesimpulan Percakapan

  • "Lalu, burung itu melanjutkan / pengembaraannya, dan rumput kembali menunggu": Burung pengembara melanjutkan perjalanannya, sementara rumput tetap menunggu, menggambarkan siklus kehidupan dan bagaimana setiap elemen alam memiliki perannya sendiri dalam narasi yang lebih besar.
Puisi "Percakapan Rumput dan Burung Pengembara" karya Cecep Syamsul Hari adalah sebuah karya yang menyentuh tentang perasaan kesedihan dan harapan. Dengan dialog sederhana antara rumput dan burung pengembara, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan bagaimana keindahan yang hilang tetap dapat mempengaruhi kita, dan bagaimana kepasrahan serta menunggu bisa menjadi bentuk kebahagiaan dalam kesedihan.

Puisi ini menyoroti bahwa meskipun pelangi dan keindahan bersifat sementara, pengalaman dan perasaan yang ditinggalkannya tetap memiliki arti dan pengaruh yang mendalam. Melalui gaya bahasa yang elegan dan narasi yang sederhana, puisi ini memberikan perspektif yang dalam tentang bagaimana kita meresapi dan memahami keindahan serta kesedihan dalam kehidupan kita.

Cecep Syamsul Hari
Puisi: Percakapan Rumput dan Burung Pengembara
Karya: Cecep Syamsul Hari

Biodata Cecep Syamsul Hari:
  • Cecep Syamsul Hari lahir pada tanggal 1 Mei 1967 di Bandung.
© Sepenuhnya. All rights reserved.