Puisi: Pantai Mutun (Karya Alex R. Nainggolan)
Puisi: Pantai Mutun
Karya: Alex R. Nainggolan
Pantai Mutun
jalan menuju pantai mutun, kelokan dan tanjakan terjal. jalanan kecil dua arah. meski tak ada lagi bayangan tentang rumah panggung. hanya debar tanjungkarang yang semakin sibuk dan ramai. sekejap, memang akan hilang. segala rindu pada rumah panggung. meski bukitnya masih menggoda, dengan terjal cahaya. maka kau akan tiba sekadar menatap lekat pecahan karang, rekaman ingatan meriang. sejauh mata memandang. cuma ombak beternak, menyusun pasir-pasir putih. angin begitu lengang. asin laut tercecap di lidah. di ujung sana, lambaian pulau kecil memanggil. seperti mengurai barisan lelah di punggungmu.
mulanya, kau ingin sekadar liburan. membuang sampah pikiran di kepala. kau percaya, di pantai, ada sesuatu yang akan pecah. seperti buih ombak. atau hari yang beringsut lambat dan santai.
*
barangkali, ada pecahan air yang terus mengalir. muli muda yang asik bermain pasir. juga kelebat senja. menjadi kabut dan berebut dengan gelap malam. setelah ini, pasang akan datang. kota akan tenggelam dengan lampion cahaya. seperti ribuan lilin, debar kota melingkar. di gigir matamu, cuma garis hitam memejam. dan ia termenung, dari kejauhan ekor matanya - kota terapung. kemilau tanjungkarang dengan remang gemetar. terasa lebar kenangan. menjemputnya untuk segera pulang. samar angin melebar. tiba-tiba ia ingin menyimpan setiap kabar di kepalanya. mungkin, saatnya merebahkan segala mimpi yang masih mentah ke pulau, di lanskap kejauhan. lalu berlayar dengan setiap kemungkinan.
muli itu berkaca pada laut di depan. sungut aroma asin berebutan. pohon-pohon menunduk berselimut angin. pulau di depan, menghampar. seketika ia kehilangan tanjungkarang yang sejuk. cekung telukbetung berbayang. kota terus melahirkan bangunan baru, yang tak bisa dipeluk. engan marka jalan tertutup hujan. tanpa nama, hilang tanda. oh, tak lagi dicatat, tak mampu direkat.
*
di pantai mutun, dengan selasar memanjang. hamparan pasir putih. membenamkan kota menjadi himpunan serpih. di bekas langkah itu, di cetakan kaki yang menjauh dari pantai. menuju laut. kerumun orang, patahan ranting. liuk telukbetung seperti tenung. dan jejak memberat, engkau terus saja bermain air. membayangkan bakal ada lumba-lumba yang datang. di kejauhan. membawa sisa cahaya dari matahari. meski, kau tahu hari sudah malam. di dadamu yang keruh, barangkali ciuman itu masih berlabuh. seperti teluh. lesap di kedalaman gemuruh laut.
2017
Puisi: Pantai Mutun
Karya: Alex R. Nainggolan