Sumber: Nyanyian Wangkang (1999)
Analisis Puisi:
Puisi "Nyanyian Wangkang" karya Ediruslan PE Amanriza membawa pembaca dalam sebuah perjalanan penuh warna dan makna. Puisi ini terdiri dari empat bagian yang masing-masing mengeksplorasi tema kehidupan laut, kekuatan alam, dan spiritualitas.
Nyanyian Wangkang (1): Puisi dimulai dengan menggambarkan sebuah perjalanan wangkang yang tersadai dalam badai, menciptakan gambaran dramatis dan penuh ketidakpastian. Motif mimpi dan pertemuan dengan Dewa Laut menambah elemen mistis pada cerita.
Pertentangan antara para pelaut dalam menafsirkan mimpi menjadi simbol perbedaan pandangan dan keyakinan dalam hidup. Penggambaran adegan upacara dengan Saikong tua menunjukkan keberanian dan kesetiaan dalam menghadapi tantangan.
Api yang membakar wangkang diartikan sebagai elemen purifikasi atau pembersihan. Proses ini melambangkan pengorbanan dan transformasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Nyanyian Wangkang (2): Bagian kedua menggambarkan pemandangan badai yang mengamuk dan menunjukkan kekuatan alam yang dahsyat. Laut yang tenang menjadi marah, dan debur ombaknya menciptakan gambaran kehancuran yang menyentuh hati.
Adanya roh yang bangkit menunjukkan bahwa alam memiliki kekuatan spiritual yang mencerminkan perasaan kesedihan dan penderitaan manusia. Penggunaan bahasa metafora seperti "lidah gelombang pasang yang garang" memberikan warna emosional pada puisi.
Nyanyian Wangkang (3): Puisi ini melibatkan unsur keagamaan dengan api unggun yang padam sebagai simbol ritual keagamaan. Suara-suara roh yang terdiam menggambarkan ketenangan setelah peristiwa dramatis, sementara asap hitam menjadi doa yang naik ke langit.
Cahaya bulan dan suara gemuruh menciptakan atmosfer misterius dan sakral. Hutan bakau yang mengerang memberikan kesan bahwa alam memiliki rasa dan merasakan perubahan yang terjadi.
Nyanyian Wangkang (4): Bagian terakhir memperkenalkan aspek kehidupan masyarakat nelayan dan hubungannya dengan air pasang. Puisi menggambarkan kehidupan yang bergantung pada siklus bulan dan air pasang, menciptakan gambaran keharmonisan dengan alam.
Penggambaran sampan-sampan nelayan, suara gemuruh, dan berbagai aroma kampung menyoroti keragaman kehidupan masyarakat nelayan. Puisi ini menunjukkan pentingnya air pasang sebagai berkah dan sumber kehidupan bagi mereka.
Puisi "Nyanyian Wangkang" adalah sebuah karya puisi yang kaya akan simbolisme, metafora, dan warna kehidupan laut. Puisi ini menggambarkan perjalanan spiritual dan fisik, perubahan, serta hubungan manusia dengan alam. Dengan gaya bahasa yang indah dan penuh makna, Ediruslan PE Amanriza berhasil menciptakan karya yang menggugah perasaan dan meresapi keindahan alam serta kehidupan masyarakat nelayan.
Biodata Ediruslan PE Amanriza:
- Ediruslan PE Amanriza lahir pada tanggal 17 Agustus 1947 di Bagan-siapiapi, Riau.
- Ediruslan PE Amanriza meninggal dunia pada tanggal tanggal 3 Oktober 2001.
- Ediruslan PE Amanriza adalah salah satu penulis puisi, cerita pendek, novel, dan esai sastra.