Analisis Puisi:
Puisi "Nyanyian Tanah Kelahiran" menciptakan gambaran yang puitis dan merenung tentang tanah kelahiran yang telah berubah akibat perang dan perubahan zaman.
Nostalgia dan Kenangan: Puisi ini dimulai dengan menggambarkan kehidupan di masa lalu, sebelum perang. Puisi ini menyiratkan perasaan nostalgia dan kerinduan akan masa kecil yang penuh dengan kenangan.
Imaji Tempat dan Suasana: Penggambaran tentang Bagan, langit Melaka, dan aktivitas sehari-hari di jalanan perdagangan memberikan citra visual yang kaya dan mendalam, menghadirkan suasana hidup di tanah kelahiran penyair.
Pergeseran Zaman: Pergeseran dari kehidupan yang hidup dan penuh aktivitas ke keadaan sekarang yang sunyi dan sepi menyoroti dampak perubahan zaman. Penghilangan bom dari pandangan menciptakan kontras antara masa lalu dan kini.
Hilangnya Identitas Lokal: Puisi ini menyoroti hilangnya identitas lokal dan kekayaan budaya yang dahulu meramaikan kota. Pajak kios yang sepi dan penuh lalat mencerminkan perubahan dramatis dalam kehidupan sehari-hari.
Pilihan Kata yang Kuat: Penggunaan kata-kata seperti "segalanya telah raib," "semua terasa asing kini," dan "tak ada lagi selain sepi" menggambarkan kesedihan dan kekosongan yang dirasakan oleh penyair.
Metafora Cahaya Kota yang Padam: "Cahaya kota" yang tak lagi tampak menciptakan metafora yang kuat untuk kehilangan vitalitas dan semangat kota. Hal ini mencerminkan hilangnya kehidupan dan keceriaan yang dulu dihadirkan oleh cahaya kota.
Kesepian dan Kehampaan: Pada akhir puisi, penyair merasakan "sesuatu yang asing" dan "semakin asing." Hal ini menciptakan kesan kesepian dan kehampaan dalam menghadapi perubahan drastis di tanah kelahiran.
Kembali ke Hotel: Mengakhiri puisi dengan kembali ke hotel memberikan kesan kesendirian dan perasaan terasing di tengah-tengah perubahan yang tak terelakkan.
Identifikasi dengan Tokoh-Tokoh: Nama-nama seperti Ucin, Alibab, Ah Hwa, dan lainnya memberikan kedalaman karakter dan menunjukkan bahwa perubahan ini bukan hanya berdampak pada tempat, tetapi juga pada hubungan dan identitas personal.
Puisi "Nyanyian Tanah Kelahiran" menciptakan gambaran yang kompleks dan mendalam tentang perubahan drastis di tanah kelahiran. Dengan menggunakan bahasa yang kaya dan metafora yang kuat, puisi ini menyampaikan kehilangan dan kesepian yang menyertainya.
Biodata Ediruslan PE Amanriza:
- Ediruslan PE Amanriza lahir pada tanggal 17 Agustus 1947 di Bagan-siapiapi, Riau.
- Ediruslan PE Amanriza meninggal dunia pada tanggal tanggal 3 Oktober 2001.
- Ediruslan PE Amanriza adalah salah satu penulis puisi, cerita pendek, novel, dan esai sastra.